Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Kota Sabang, Aceh menyebut prevalensi anak penderita stunting daerah Pulau Weh itu turun menjadi 8,6 persen pada Agustus 2024, dan diharapkan akan terus turun sebagai wujud komitmen Sabang dalam penanganan stunting.
Pj Wali Kota Sabang Andri Nourman, Rabu, mengatakan berdasarkan e-PPGBM, angka stunting di Kota Sabang turun dari 10,1 persen menjadi 8,6 persen pada Agustus 2024, dari jumlah balita stunting sebanyak 316 anak, kini menjadi 260 anak.
"Kita harapkan pada akhir tahun nanti dampak positif dari partisipasi yang sudah kita laksanakan bersama, angka prevalensi stunting Kota Sabang akan terus turun lagi hingga Desember 2024," kata Andri di Kota Sabang.
Hal itu disampaikan Andri dalam rembuk stunting yang bertajuk penguatan komitmen dan sinergitas untuk memperkuat pondasi transformasi menuju generasi emas 2045.
Rembuk stunting ini merupakan langkah Pemkot Sabang menurunkan prevalensi stunting bersama perangkat daerah, penanggung jawab layanan dengan seluruh unsur terkait maupun dengan lembaga non pemerintah dan masyarakat secara umum.
Ia menjelaskan yang menjadi perhatian bersama terhadap percepatan penurunan stunting ialah peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil (antenatal care), memaksimalkan penanganan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), perbaikan status ekonomi masyarakat, perbaikan pola asuh serta perilaku hidup bersih dan sehat.
"Sehingga perlu dilakukan peningkatan komunikasi yang dilakukan secara masif dan terus menerus dari semua perangkat daerah," ujarnya.
Di sisi lain, Pj wali kota juga mengapresiasi seluruh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Sabang dan unsur terkait di Sabang yang telah berpartisipasi dan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan komitmen Sabang dalam menurunkan angka stunting.
"Mari bersama-sama kita maksimalkan percepatan penurunan stunting di kota Sabang sesuai dengan target yang telah kita buat," katanya.
Sementara itu, Ketua TPPS Kota Sabang Kamaruddin mengatakan beragam upaya telah dilakukan dalam menurunkan prevalensi stunting di Sabang, seperti audit kasus stunting, melaksanakan rapat koordinasi masing masing pokja dan TPPS, serta menyediakan data dan mendampingi keluarga beresiko.
"Kita juga telah bersinergi dengan OPD terkait, melaksanakan kegiatan Geunaseh, pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan dan PMT reguler. Di samping itu, TPPS juga berkolaborasi dengan OPD teknis untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan percepatan penurunan stunting," ujarnya.
Kendati demikian, ada beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan, seperti peran aktif TPPS kecamatan dalam melakukan mengawasi kegiatan tingkat gampong, hingga upaya dari Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK).