Banda Aceh (ANTARA) - Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto mengajak masyarakat di daerah tersebut untuk melestarikan bahasa daerah yakni bahasa Aceh khususnya sehingga terus lestari bagi generasi mendatang.
“Menjaga dan melestarikan warisan kebudayaan di Aceh Besar khususnya bukan hanya tugas pemerintah, tapi merupakan kewajiban bersama yang dapat dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan termasuk festival,” kata Muhammad Iswanto di Indrapuri, Rabu.
Pernyataan itu disampaikan di sela-sela membuka Festival Gelar Karya Seni Siswa Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) dan Festival Tunas Bahasa Ibu di Indrapuri.
Ia menjelaskan bahasa Aceh adalah bahasa yang dituturkan secara turun-temurun oleh para pendahulu sehingga bahasa tersebut harus terus dirawat dan dilestarikan agar tidak punah oleh zaman.
“Artinya, ketika bahasa ibu ini terus dituturkan dalam kehidupan sehari-hari dan diperkenalkan sejak dini kepada para siswa dari berbagai jenjang, pasti bahasa Aceh akan terus terjaga dan lestari hingga generasi mendatang,” katanya.
Baca: Dua pelajar madrasah Aceh Besar wakili Aceh untuk olimpiade bahasa arab
Menurut dia lewat kegiatan pengenalan dan pembinaan seni budaya dan tradisi kepada peserta didik akan mampu memberikan pemahaman sejak dini akan warisan budaya yang ada di Aceh Besar khususnya.
Kepala Balai Pengembangan Kebudayaan Aceh Piet Rusdi mengatakan festival yang dilaksanakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Besar tersebut merupakan program prioritas Kemendikbud RI yang berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten dan Kota yang telah dilaksanakan di Aceh.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Besar Bahrul Jamil mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kepada peserta didik di Kabupaten Aceh Besar terhadap seni dan budaya.
“Mereka akan diberikan pelatihan dan khusus untuk Festival Tunas Bahasa Ibu ini adalah sarana kita dalam menjaga dan merawat serta melestarikan bahasa Aceh agar tidak punah,” katanya.
Ia mengatakan pada Festival Tunas Bahasa Ibu, Disdikbud Aceh Besar ada enam cabang lomba yakni lomba buhak atau mendongeng, pidato, baca hadih atau puisi, lagu Jameun berupa tembang tradisi, calitra paneuk dan meucagoek seperti Stand Up Comedy.
“Kegiatan ini adalah bagian dari komitmen Pemerintah Kabupaten Aceh Besar melalui Disdikbud merawat agar bahasa Aceh tetap lestari,” katanya.
Baca: Aceh Timur terapkan pelajaran Bahasa Aceh di sekolah