Singkil (ANTARA Aceh) - Dandim 0109 Kabupaten Aceh Singkil, Letkol Kav Kapti Hertantyawan menargetkan pembukaan lahan persawahan baru di wilayah itu dan Kota Subulussalam dengan total luas 1.065 hektare akan tuntas pada akhir 2017.
"Sebenarnya kegiatan cetak sawah ini bisa diselesaikan lebih cepat sebelum akhir tahun, namun lantaran banjir yang mulai merendam kawasan terpaksa pengerjaannya ditunda," katanya kepada wartawan di Singkil, Rabu.
Total lahan cetak sawah tersebut terdapat di Aceh Singkil seluas 732 hektare dan di Kota Subulussalam 333 hektare.
Dikatakannya, cetak sawah untuk perluasan lahan pertanian dilaksanakan tersebar di 17 desa di 10 kecamatan di Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam yang bekerja sama dengan masing-masing Dinas Pertanian di daerah itu.
Dari jumlah tersebut, Hertantyawan menyebutkan,12 desa di delapan kecamatan di Aceh Singkil meliputi, Kecamatan Danau Paris, yakni Desa Lae Balno, Sikoran, Situbuh-Tubuh dan Tran Lae Balno.
Untuk Kecamatan Pulau Banyak di Desa Pulau Balai, sedangkan di Kecamatan Pulau Banyak Barat di Desa Haloban, Kecamatam Singkohor di Desa Srikayu. dan Kecamatan Kuta Baharu di Desa Butar dan Samardua.
Kemudian Kecamatan Suro di Desa Alur Rinci, Kecamatan Gunung Meriah di Desa Suka Makmur, dan Kecamatan Singkil di Desa Pea Bumbung.
Sementara di Kota Subulussalam seluas 333 hektare tersebar di Kecamatan Longkip di Desa Darul Aman, Bangun Sari dan Lae Saga, kemudian Kecamatan Sultan Daulat di Desa Lae Simolap dan Pulau Mbelen.
Hertantyawan berharap, dengan program cetak sawah ini pertanian di Aceh Singkil dapat terus berkembang dan meningkatkan pendapatan jumlah panen, untuk mendukung program swasembada pangan.
"Berdasarkan data statistik yang ada, selama ini Aceh Singkil masih dipasok beras dari luar daerah yakni Medan, Sumut dan Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Ke depan lahan produktif ini bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan beras daerah," ujarnya.
Hertantyawan juga mewanti-wanti untuk para pemilik lahan pertanian wilayah Aceh Singkil dan Subulussalam, lahannya tidak dialih fungsikan.
"Memang Singkil terkenal perkebunan kelapa sawit menjadi primadona, namun kebutuhan pokok lebih mendasar, demi terciptanya daerah dan masyarakat mandiri," katanya.