Ia menambahkan, semua bencana tersebut juga berdampak pada 40 sarana pendidikan, tiga sarana kesehatan, 11 sarana pemerintahan, 12 sarana ibadah. Kemudian juga berdampak pula pada 157 unit ruko, 16 unit jembatan, 18 tanggul dan 250 meter badan jalan akibat banjir dan longsor.
Selain itu juga mengakibatkan kerusakan rumah sebanyak 787 unit akibat kebakaran pemukiman, angin puting beliung, banjir dan longsor.
”Kebakaran pemukiman juga mengalami penurunan dari 149 kejadian di tahun 2023 menjadi 86 di tahun 2024. Hal yang sama dengan bencana banjir juga mengalami penurunan kejadian dari tahun 2023 berjumlah 105 kali menjadi hanya 68 kali saja terjadi di tahun 2024,” ujarnya.
Nara menilai, penurunan intensitas bencana merupakan hasil kerjasama masyarakat dan lintas sektor dalam meningkatkan mitigasi bencana di Tanah Rencong, sehingga angka kejadian bencana terus menurun setiap tahun.
Baca: Pj Gubernur sebut empat tantangan penguatan mitigasi bencana di Aceh
Ia juga mengimbau masyarakat agar menjaga alam. Khususnya terkait karhutla, masyarakat diminta untuk tidak mengeksploitasi hutan secara berlebihan tanpa memperhatikan fungsi hutan sebagai resapan air yang berguna mencegah banjir dan longsor juga karhutla.
“Selain itu, pemberdayaan masyarakat atau sosialisasi kepada pelaku usaha yang terlibat perluasan lahan, kami himbau jangan membuka lahan dengan membakar hutan,” ujarnya.
Ia berharap masyarakat harus siap dalam menghadapi bencana, baik alam maupun non alam. Pada tahun ini, BPBA terus berusaha meminimalisir kerusakan maupun korban akibat bencana dan mendorong seluruh elemen masyarakat untuk merespon kejadian bencana secara komprehensif.
“Mari bersama-sama kita melakukan upaya pengurangan risiko bencana, karena penanggulangan bencana adalah urusan bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dari berbagai elemen,” ujarnya.
Baca: Pj Gubernur: Ketahanan masyarakat Aceh hadapi bencana berawal dari kearifan lokal
