"Serangan yang terkait internet, Indonesia berada diperingkat ke-27 pada Q2, dari April ke Juni," kata General Manager South East Asia Kaspersky Lab, Yeo Siang Tiong, dalam temu media di Jakarta, Selasa.
Menurut Yeo, kejahatan siber yang menyerang Indonesia dapat berasal dari mana pun di seluruh dunia.
"Bisa jadi negara berbahasa Inggris yang mencoba untuk berbahasa Korea. Kita tidak bisa menebak dengan melihat itu, meskipun kadang Anda bisa menebak dengan melihat gejala," ujar dia.
Lebih rinci, Corporate Communications Manager Kaspersky Lab South East Asia, Sanjeev Nair, mengungkap lima negara dengan serangan siber paling banyak di Q2 2018.
Di peringkat pertama terdapat Aljazair, diikuti oleh Belarus, kemudian Moldova, selanjutnya Albenia, dan peringkat kelima Armenia.
Di Asia Tenggara, Indonesia berada di posisi keempat, dengan Filipina, Malaysia dan Vietnam berada di posisi sebelumnya, dan Thailand menutup posisi Top 5.
Saat ditanya apakah laporan Kaspersky Lab tersebut diserahkan kepada pemerintah Indonesia, Territory Channel Manager Kaspersky SEA-Indonesia, Dony Koesmandarin, mengatakan bahwa Kaspersky Lab siap memberikan data.
"Ada teman lembaga pemerintah jika mereka tanya kita berikan... Ada juga beberapa agency yang menggunakan sistem keamanan kita untuk mendeteksi," kata Dony.
"Yang jelas, bagi Kaspersky, siapa pun yang meminta baik itu government, siapapun, akan kita berikan," lanjut dia.
Sementara itu, Yeo mengatakan bahwa Indonesia merupakan pasar yang penting bagi kami. Bukan karena potensi volume market, tetapi juga besarnya potensi serangan yang dihadapi.
"Dua hal tujuan kriminal melakukan serangan siber. Pertama, untuk uang dengan menjual data, kedua untuk diakui. Indonesia ada di kriteria pertama," ujar Yeo.