Pada saat bersamaan, kerja sama Asia Pasifik berhadapan dengan sejumlah tantangan seperti krisis geopolitik yang kian intens, serta unilateralisme, dan proteksionisme. Maka, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Sabtu lalu, mengimbau para pemimpin Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) agar mengemban tanggung jawab yang lebih besar.
"Kita harus menjunjung solidaritas dan kerja sama demi menjawab tantangan tersebut, serta mewujudkan Visi Putrajaya 2040, yakni membangun komunitas Asia Pasifik yang memiliki masa depan bersama, serta mengawali era baru dalam pembangunan Asia Pasifik," ujar Xi, saat menghadiri 31st APEC Economic Leaders' Meeting di ibu kota Peru, Lima.
Usulan Tiongkok
Untuk mempererat kerja sama Asia Pasifik, presiden Tiongkok tersebut, Sabtu lalu, mengajukan tiga usulan.
Pertama, Xi menekankan pentingnya upaya membangun paradigma yang terbuka dan saling terkoneksi dalam kerja sama Asia Pasifik, serta komitmen pada multilateralisme dan prinsip ekonomi terbuka.
Tiongkok telah menempuh sejumlah langkah guna mewujudkan ekonomi Asia Pasifik yang terbuka. Menurut Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Tiongkok menjadi mitra dagang terbesar bagi 13 negara APEC, serta aktif memajukan pembangunan Kawasan Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN. Tiongkok juga mempromosikan penerapan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), serta membuat pengajuan untuk bergabung dalam Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP), serta Digital Economy Partnership Agreement.
Kedua, Xi mengemukakan peran penting inovasi hijau sebagai katalis Asia Pasifik. Menurutnya, negara-negara APEC harus mengupayakan transformasi digital dan pembangunan hijau secara terarah demi menciptakan momentum serta motor penggerak baru dalam pembangunan Asia Pasifik.
Tiongkok mengembangkan motor produktif baru yang bermutu, sesuai dengan kondisi saat ini, serta menjalin kerja sama dengan pihak-pihak yang berminat dalam inovasi hijau. Sabtu lalu, Xi mengumumkan, Tiongkok akan meluncurkan Global Cross-Border Data Flow Cooperation Initiative.
Tiongkok pun telah menggagas sejumlah inisiatif kerja sama antara negara-negara anggota APEC dalam sektor pertanian hijau, pembangunan kota yang berkelanjutan, transisi energi hijau dan rendah karbon, serta pengendalian dan pencegahan pencemaran laut.
Presiden Tiongkok pun mendorong langkah-langkah untuk menjunjung visi yang saling menguntungkan dan inklusif dalam pembangunan Asia Pasifik. Data Kementerian Luar Negeri Tiongkok menunjukkan, Tiongkok berkontribusi sebesar 64,2% terhadap pertumbuhan ekonomi regional, 37,6% terhadap pertumbuhan perdagangan barang, serta 44,6% terhadap pertumbuhan perdagangan jasa.
Di hadapan para pemimpin APEC, Xi menyatakan, Tiongkok akan memajukan sejumlah inisiatif untuk meningkatkan penghasilan masyarakat, serta mempromosikan pembangunan klaster industri yang melibatkan usaha kecil dan menengah. Tujuannya, mewujudkan pembangunan ekonomi Asia Pasifik yang saling menguntungkan dan inklusif.
Komitmen Tiongkok
Tiongkok akan menjadi tuan rumah APEC Economic Leaders' Meeting pada 2026, seperti disampaikan Xi, Sabtu lalu. Maka, Tiongkok menyambut semua pihak yang ingin bergerak pada "jalur cepat", serta berkembang bersama perekonomian Tiongkok.
Presiden Tiongkok menegaskan komitmen Tiongkok terhadap reformasi dan kebijakan pintu terbuka. "Reformasi dan kebijakan pintu terbuka merupakan proses bersejarah ketika Tiongkok dan dunia sama-sama mencapai pembangunan dan kemajuan," jelas Xi.
Komite Sentral Ke-20 Partai Komunis Tiongkok (CPC), ketika menghelat sesi pleno ketiga pada Juli lalu, telah menyusun rencana sistematis untuk memperluas reformasi dalam seluruh aspek melalui lebih dari 300 langkah penting. Langkah-langkah ini berkaitan dengan realisasi ekonomi pasar sosialis yang berstandar tinggi, kemajuan pembangunan ekonomi bermutu tinggi, mendorong kebijakan pintu terbuka berstandar tinggi, meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta membangun negara yang indah.
Dalam pidato tertulisnya di APEC CEO Summit, Jumat lalu, Xi juga berkata bahwa Tiongkok akan melansir semakin kebijakan pintu terbuka yang bersifat sukarela dan unilateral, memperluas jaringan global yang terdiri atas kawasan perdagangan bebas berstandar tinggi, serta membuka pintu yang semakin lebar kepada dunia.
SOURCE CGTN