Calang, Aceh (ANTARA) - “Batu akik ini sudah menjadi bagian dalam hidup saya, saya tidak akan pernah bosan,” kata Samidi pria berkumis tebal dan berbadan tinggi kurus.
Ia sudah sangat paham dengan setiap batu akik yang ada selama ini. Samidi bukan seorang pemula dalam bidang batu akik, bahkan ia sudah puluhan tahun mengeluti bahkan mampu menafkahi keluarga dan 7 orang anaknya dengan batu cincin.
Meskipun kemilau batu akik saat ini sudah pudar di Aceh dan Indonesia, namun kecintaan Samidi belum sedikitpun surut.
“Sudah lebih dari 30 tahun saya menggeluti batu akik, semasa konflik di Aceh saya sudah mulai cinta dengan batu,” cerita Samidi (53) warga Krueng Sabee yang saat ini menetab di Kecamatan Panga Aceh Jaya.
Sebuah tas samping hitam berisikan batu akik yang sudah dibentuk seakan menjadi teman terbaik dari Samidi, kemanapun ia pergi. Ia senantiasa menawarkan kepada setiap orang batu akik yang sudah ia bentuk.
“Untuk penghasilan saat ini tidak menentu kadang-kadang banyak kadang-kadang tidak ada, apalagi batu cicin saat ini sudah jarang diminati dan tidak terkenal lagi,” tuturnya saat dijumpai Antara saat sedang menawarkan batu di sudut Kota Calang.
Ke luar negeri
Cerita samidi tidak berhenti sampai disitu. Ia menyampaikan bahwa kecintaan dan pengalaman dia dalam bidang batu akik bukan hadir secara otodidak.
Samidi menuturkan bahwa dirinya pernah belajar bahkan mendapatkan sertifikat tentang bagaimana cara mengenali, mengolah serta melihat batu secara detail batu yang berharga.
“Saya belajar pertama sekali di Sukabumi dan juga di Kalimantan Barat,” kata Samidi.
Dengan menggeluti hobi dan kecintaannya terhadap batu ia bahkan pernah di bawa ke luar negeri yaitu ke Thailand dan Korea selatan oleh para pecinta batu.
Samidi menceritakan bahwa hutan Aceh bahkan sudah hampir semua ia masuk khusus untuk mencari batu cincin.
“Kalau di Aceh batu pertama saya dapat yang bagus di Kabupaten Pidie, Krueng Tiro mulai dari hutan Aceh Jaya ini saya keluar ke Gempang, Kabupaten Pidie saat mencari batu,” cerita Samidi.
Ternyata cerita Samidi tentang batu bukan hanya rekayasa semata, namun hingga saat ini ia masih menyimpan berton-ton batu yang didapatkannya dari seluruh Aceh di rumahnya.
“Di rumah saya ada banyak sekali batu, ada beberapa ton, saya jual bukan hanya batu cincin saja namun juga ada berbentuk meja dan koleksi batu unik lainnya,” kata Samidi.
Samidi menceritakan bahwa pada tahun 2014 dirinya pernah berjaya dengan batu, bahkan pada masa itu ia bisa mendapatkan puluhan juta rupiah dari penghasilan batu cincin tersebut.
“Meskipun saat ini sudah pudar yang penting kita harus sabar, apalagi rezeki saya mungkin di batu cincin, saya mampu menyekolahkan anak-anak saya juga dari batu ini,” kata Samidi bercerita.
Samidi juga pernah memenangkan kontes batu akik sebanyak dua kali pada saat itu, cempaka madu dan jenis batu cincin leci menjadi unggulannya.
“Saya pernah menang kontes batu sebanyak dua kali, saya juga buat pameran batu akik dulu di Kecamatan Panga, Aceh Jaya, kala itu saya unggulkan batu Cempaka Madu Panga dan jenis Leci,” kata Samidi menutup percakapan.
30 tahun nafkahi keluarga dari kemilau Cempaka Madu
Senin, 23 Desember 2019 8:16 WIB
Di rumah saya ada banyak sekali batu, ada beberapa ton, saya jual bukan hanya batu cincin saja namun juga ada berbentuk meja dan koleksi batu unik lainnya