Jakarta (ANTARA) - Mang Roji tampak agak kaget ketika tiba-tiba mendapatkan kotak berisi makanan dari seorang warga pada Jumat (25/12) pagi.
Penjual bubur kacang hijau keliling di Kampung Pondok Benda, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, itupun spontan beberapa kali berucap terima kasih sambil melanjutkan perjalanannya. Ketukan sendok ke mangkok selalu mengiringi dan menjadi ciri khas kalau dia melintas di depan rumah warga.
Kotak nasi untuk Mang Roji itu merupakan sekelumit kisah berbagi yang terus dilakukan sebagian warga kepada warga lainnya di masyarakat di berbagai wilayah. Cara tersebut dilakukan secara mandiri maupun berkelompok di satu tempat atau berkeliling.
Bagi yang membagikan di suatu tempat, makanan yang sudah dikemas cukup rapi dibagikan kepada warga yang melintas atau warga yang sengaja datang. Berdasarkan pengamatan, ada juga yang berkeliling dengan mobil atau sepeda motor untuk tujuan berbagi makan.
Sekitar pukul 10.00 WIB WIB pada hari itu, misalnya, seorang warga bersama keluarganya di Kampung Pondok Benda menyiapkan makanan dalam jumlah cukup banyak. Stok makanan itu dikemas dalam kotak-kotak kemasan makanan lalu disusun dalam dua kantong plastik berukuran agak besar.
Satu kantong berjumlah 25 kotak berisi nasi sehingga jumlahnya 50 nasi kotak. Isinya tidak muluk-muluk, bahkan sederhana sekali; hanya nasi uduk, telur, sambal balado, mi goreng, bawang goreng, dan kerupuk.
Dua kantong itu kemudian ditaruh di depan bagian bawah sepeda motor. Tak lupa satu dus air mineral ada di jok motor lalu mulai dibagi ke tetangga yang tinggal di kontrakan samping rumah dan satpam komplek perumahan di depan rumahnya.
Kemudian dengan sepeda motor, makanan ini dibagikan kepada warga yang sedang melintas di jalanan Kampung Pondok Benda. Matahari yang mulai menyengat tak menyurutkan niat untuk membagikan makanan kepada orang-orang yang dinilai sangat memerlukan.
Tak setiap orang yang dijumpai mendapatnya. Sambil jalan, dilihat sekilas orang yang dinilai perlu diberi, antara lain, tukang rongsok, peminta-minta, abang ojek pangkalan, satpam, pak "ogah", tukang parkir, tukang becak, pedagang dengan pikulan atau gerobak dorong, ondel-ondel serta pengamen.Berputar-putar
Kadang tak terlalu mudah menemukan mereka karena ada yang mangkal, ada pula yang jalan. Yang mangkal jelas ojek pangkalan, tukang parkir, pak "ogah", satpam dan tukang becak, sedangkan lainnya harus dicari sambil menyusuri jalan.
Karena itu, penyusuran bukan hanya di kampung tersebut, tetapi sampai wilayah Vila Nusa Indah Bojongkulur yang masuk Kabupaten Bogor (Jawa Barat). Perjalanan menemukan mereka yang perlu dikasih makanan itupun dilalui tanpa memperhitungkan batas wilayah.
Mereka yang berhasil ditemui diberi masing-masing satu nasi kotak plus air mineral. Seorang ibu yang duduk bersama dua anaknya di pinggir jalan di lokasi yang tak jauh dari bundaran Vila Nusa Indah pun dihampiri untuk diberi makanan.
"Terima kasih," kata ibu itu dengan wajah yang kemudian "sumringah" dan tampak senyum dari bibirnya yang kering karena terpaan sinar matahari.
Di lokasi berbeda, seorang berkostum badut menari-nari di pinggir jalan di ujung pertokoan perbatasan Kabupaten Bogor dengan Kota Bekasi. Badut itu segera mendekat untuk mendapatkan nasi kotak, kemudian menyeberang jalan sambil lenggak-lenggok ke tempatnya semula berdiri dan menari. Tuntas
Putaran demi putaran akhirnya sampai ujung sebuah jalan bebatuan di Jatirasa. Dua emak-emak sedang duduk di sebuah bangku di bawah pohon mangga di depan rumahnya.
Terdengar sayup-sayup obrolannya tentang harga kardus dan barang-barang bekas yang kurang menggembirakan. Sepanjang mata memandang, halamannya penuh aneka barang bekas; dari kardus, botol plastik hingga beragam peralatan rumah tangga yang telah rusak.
"Ada apa neng?," tanya salah satu dari mereka. Dari wajahnya, emak ini seperti sedang gundah dan ketika disampaikan tujuannya mau membagikan makanan sontak mereka menyambut gembira.
Beberapa kali mereka mengucapkan "terima kasih" dan terdengar hingga para penghuni rumah lainnya keluar. Ternyata ada beberapa keluarga dan sekitar 10 anak-anak di sejumlah rumah yang menjadi lokasi penampungan barang bekas di situ.
Di lokasi ini, stok nasi kotak dan air minum yang ada terserap semua. Bahkan kardus air mineralnya pun ditinggal agar sekalian menjadi barang daur ulang (recycle) atau untuk digunakan lagi (re-use).
Dengan demikian, distribusi nasi kotak hari ini tuntas dengan lancar. Butuh lebih satu jam berputar-putar untuk membagikan an 50 nasi kotak. Selain lancar juga tepat guna, tepat sasaran dan tepat waktu, yakni menjelang makan siang.
Semua menambah kenangan baik bagi sejumlah warga terutama yang bukan kali ini saja "bagi-bagi" makanan. Tetapi sudah sering dilakukan sebelum ada wabah virus corona (COVID-19); kadang seminggu sekali, kadang sebulan sekali.
Menunya pun tidak muluk-muluk, tetapi sederhana. Mungkin banyak keluarga yang berpikir panjang soal menu untuk sedekah makanan; dari gengsi hingga minder, bahkan malu kalau menunya tidak terbilang mewah.
Padahal yang penting makanan itu sehat dan aman untuk dikonsumsi. Juga tidak tidak harus nasi, tetapi kue, roti, bahkan gorengan dan jajanan pasar.
Misalnya, menu "bagi-bagi" makanan pada Sabtu (26/12) siang bukan berisi nasi, tapi kudapan (snack) dengan empat macam, yakni pastel, onde-onde, donat, dan tahu isi dan sebagian bakwan serta ketan serundeng.
Sasarannya sama, tetapi lokasinya berbeda. Setiap "bagi-bagi" makanan, lokasi selalu berbeda dan menunya juga berganti. Begitu juga pada Senin (28/12) siang berupa kudapan. Jaga jarak
Kali ini--karena adanya wabah--teknis berbagi makanannya juga berbeda. Yakni harus menerapkan protokol kesehatan 3M (menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan setelah kegiatan).
Tentu tak semudah masa normal (sebelum ada wabah) untuk bisa mewujudkan niat berbagi rezeki dengan orang-orang yang sehari-hari dekat dengan hiruk-pikuk jalanan. Penuh tantangan dan kadang ada "pertarungan" batin, yakni antara niat dengan rasa takut atau khawatir.
Seperti telah banyak diulas para ahli kesehatan, virus ini mudah sekali menyebar dari kerumunan dan kontak langsung antarorang. Karena itu, dibutuhkan kehati-hatian saat membagikan makanan kepada orang lain, terutama kepada beberapa orang di tempat umum.
Apalagi ada saja yang tidak pakai masker dan tak sadar ingin dekat-dekat pula dengan yang membagikan makanan karena merasa "surprise". Untuk mengantisipasi hal itu maka cara yang harus dilakukan adalah membagikan secara cepat dengan tetap menjaga jarak dan memakai masker.
Dalam situasi seperti itupun tak mudah untuk terhindar dari kontak langsung. Apalagi tak jarang ada yang kemudian mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Potensi kerumunan bisa dihindari dengan kecepatan saat memberikan kotak makanan. Yang penting jumlah yang dibagikan sesuai dengan jumlah orangnya di tempat itu.
Sedangkan untuk ajakan bersalaman, cukuplah disambut dengan menempelkan kedua telapak tangan pemberi makanan di depan dada atau wajahnya. Ucapan terima kasih yang kadang disertai doa kebaikan dan tatapan mereka menjadi pelega tunainya niat berbagi.
Diuji
Teknis seperti itu yang umumnya dilakukan sebagian warga Kampung Pindok Benda saat berbagi di era pandemi ini. Penuh tantangan baik fisik maupun perasaan.
Tantangan yang berat sebenarnya ada pada niat dan keikhlasan. Wabah ini telah mengakibatkan beragam aktivitas ekonomi di berbagai negara dan semua lapisan masyarakat terguncang.
Kalau masih ada perusahaan yang meraih untung saat pandemi maka bisa dikategorikan sebagai badan usaha yang luar biasa. Alih-alih meraih profit, banyak yang untuk sekadar bertahan saja sangat tidak mudah.
Tak sedikit pula yang gulung tikar dan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Fenomena itu menambah jumlah pengangguran di Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal November 2020 mengumumkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) nasional meningkat pada Agustus 2020. Angkanya tembus sampai 9,77 juta orang atau naik 2,67 juta orang.
Salah satu penyebab meningkatnya TPT nasional menjadi 7,07 persen pada Agustus lalu adalah pandemi COVID-19 yang sudah terjadi sejak Maret 2020.
Jutaan orang yang diputus dari pekerjaan rutinnya tentu harus mencari penghasilan baru yang sangat tidak mudah diperoleh di tengah wabah ini. Salah satu pilihannya adalah menekuni sektor informal, membuka usaha kecil dan skala rumah tangga.
Di sinilah urgensi kehadiran pemerintah yang telah dikucurkan melalui program besar Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) maupun bantuan sosial (bansos). Di sisi lain, kehadiran berbagai perusahaan termasuk PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) dan kalangan mampu sangat penting yang bisa diwujudkan melalui beragam cara; dari sekedar berbagi makanan hingga bantuan lainnya.
Maka bersyukur dan berbahagialah orang-orang yang masih mendapat kesempatan untuk tetap bisa bekerja di perusahaan negara maupun swasta yang tetap bisa bertahan. Atau yang masih bekerja di institusi pemerintah.
Meski diakui tak sedikit yang juga terdampak akibat pengurangan sebagian pendapatannya, tetaplah bersyukur. Bandingkan dengan orang-orang yang bekerja di sektor informal atau yang diputus dari pekerjaannya.
Sudah teramat banyak berita dan ulasan tentang mereka. Yang dibutuhkan sekarang adalah terus-menerus bersimpati dan berempati pada mereka melalui tindakan yang bernilai kebaikan.
Saat ini semua aktivitas kehidupan sedang diuji. Yang kurang mampu berpotensi semakin terpuruk, sedangkan yang mampu mungkin saja khawatir bagaimana saldo di ATM-nya--yang sudah tergerus--jika berniat berbagi.
"Pertarungan" batin seperti itu bermuara pada keputusan berbagi atau tahan dulu untuk menjaga likuiditas keuangan keluarga. Kalau ingin berbagi maka seberapa besar atau seberapa banyak?
Namun tak sedikit warga dan perusahaan yang tetap melakukan--bahkan meningkatkan--simpati dan empatinya kepada warga kurang mampu dan terdampak pandemi seperti ditunjukkan PT JNE meski tak luput dari adanya kendala juga dalam aktivitas usahanya.
Kebaikan akan terasa makin bermakna bila banyak orang ikut merasakannya.