Banda Aceh (ANTARA) - Baitul Mal Aceh (BMA) menyatakan potensi zakat di provinsi ujung paling barat Indonesia itu sebesar Rp2 triliun sampai Rp4 triliun per tahun.
“Potensi zakat ini tersebar pada semua sektor terutama pada instansi vertikal dan perusahaan BUMN serta swasta,” kata Komisioner BMA, Dr A Rani Usman di Banda Aceh, Selasa.
Ia menjelaskan untuk mengoptimalkan potensi zakat tersebut pihaknya terus membangun komunikasi dengan lembaga vertikal yang ada di Aceh sehingga mereka berperan aktif untuk menyalurkan zakat melalui BMA.
“Zakat akan berkontribusi besar untuk pengentasan kemiskinan dan membantu masyarakat yang membutuhkan sesuai dengan ketentuan orang-orang yang berhak menerima zakat,” katanya.
Ia menyebutkan zakat yang berhasil dikumpulkan pada tahun 2020 sebesar Rp57,55 miliar.
“Zakat yang kita kumpulkan tersebut ada yang berasal dari ASN dan juga para wajib zakat yang menyerahkan langsung ke BMA,” katanya.
Ia menyebutkan dana yang terkumpul tersebut dialokasikan untuk berbagai program di BMA masing-masing santunan bulanan Fakir Uzur, Bantuan Dana untuk peralatan/perlengkapan kerja, Pemberdayaan Gampong Produktif
Santunan Ramadhan, Bantuan Dana untuk penderita kanker, thalasemia dan penyakit kronis lainnya, Beasiswa untuk Anak Muallaf dan Beasiswa Tahfiz.
Kemudian Beasiswa Satu Keluarga Satu Sarjana, Bantuan Dana untuk Kegiatan Pengembangan Dakwah dan Syiar Islam, Beasiswa untuk Siswa/Santri Berprestasi, Bantuan Dana untuk penyusunan tugas akhir bagi mahasiswa.
Ia menambahkan untuk kalangan swasta saat ini masih sedikit yang membayar zakat ke Baitul Mal.
“Kami juga berharap perusahaan swasta, lembaga vertikal dan perbankan yang beroperasi di Aceh dapat memanfaatkan BMA sebagai tempat membayar zakat,” katanya.