Lhokseumawe (ANTARA) -
Pemerintah Kota Lhokseumawe terus meningkatkan pembudidayaan ikan jenis Kerapu karena memiliki daya jual tinggi dengan pasar yang mendukung, sehingga jenis ikan yang biasa hidup di karang-karang itu masih menjadi unggulan bagi petani di daerah tersebut.
"Ikan Kerapu ini masih menjadi primadona di Kota Lhokseumawe. Hasil produksi budidaya ikan ini mencapai 23 ton per bulan,"kata Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, Peternakan dan Pertanian (DKPPP) Kota Lhokseumawe Mohammad Rizal di Lhokseumawe, Senin.
Dikatakan Rizal, ikan berbentuk tubuh pipih dengan rahang atas dan bawah dilengkapi gigi lancip itu memiliki prospek pasar yang sangat baik bahkan hingga ke luar daerah Aceh.
"Sebanyak 20 ton ikan Kerapu ini dikirim ke Medan setiap bulannya, dengan harga rata mulai dari Rp60 ribu sampai Rp70 ribu per kilogramnya,"katanya.
Pada umumnya, kata Rizal, ikan Kerapu ini dikirim ke Medan dalam keadaan hidup. Jika dikirim dengan kondisi ikan mati, maka harga jualnya turun drastis hingga belasan ribu rupiah.
"Saat dikirim, ikan Kerapu ini dibius terlebih dahulu dan dikemas ke dalam wadah tertutup. Di Medan sudah ada penampungnya,"sebutnya.
Menurut Rizal, jenis ikan Kerapu dapat berkembang dengan sangat baik di perairan sungai, sehingga ikan jenis ini menjadi komoditas unggulan perikanan di Lhokseumawe.
"Meskipun terkadang kualitas air di Kota Lhokseumawe kurang baik, pemerintah daerah terus melakukan normalisasi saluran tambak, sehingga produksi ikan Kerapu tidak dapat stabil dan bahkan meningkat,"ujarnya.
Rizal menambahkan bahwa jumlah pembudidaya perikanan jenis ikan Kerapu di Kota Lhokseumawe sebanyak 105 Rumah Tangga Produsen (RTP) yang tersebar dibeberapa titik di Krueng Cunda dan Kruang Los Skala.
"Kota Lhokseumawe ini merupakan daerah yang berada di pesisir pantai, oleh sebab itu sebagian besar penduduknya berkecimpung di bidang perikanan, baik budidaya maupun tangkap,"kata Mohammad Rizal.