Singapura (ANTARA) - Harga minyak rebound di perdagangan Asia pada Jumat, karena kekhawatiran sanksi Barat yang dapat mengganggu ekspor minyak Rusia melebihi kemungkinan lebih banyak pasokan Iran, sementara laporan kebakaran pembangkit nuklir di Ukraina menakuti pasar keuangan.
Saham global jatuh dan harga minyak naik di tengah tanda-tanda eskalasi konflik Rusia-Ukraina setelah laporan kebakaran di pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina menyusul serangan oleh pasukan Rusia.
Kekhawatiran akan potensi bencana nuklir di pembangkit listrik Zaporizhzhia, yang terbesar di Eropa, telah menyebar ke seluruh ibu kota dunia sebelum pihak berwenang mengatakan api di sebuah gedung yang diidentifikasi sebagai pusat pelatihan telah padam.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei naik setinggi 114,23 dolar AS per barel dan pada pukul 07.55 GMT menguat 73 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 111,19 dolar AS per barel.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April bertambah 1,21 dolar AS atau 1,1 persen, menjadi diperdagangkan di 108,88 dolar AS per barel setelah menyentuh tertinggi 112,84 dolar AS di awal sesi.
Harga minyak mentah akan mencatat kenaikan mingguan terkuat sejak pertengahan 2020, dengan WTI melonjak 19 persen dan Brent terangkat 13 persen, setelah mencapai level tertinggi dalam satu dekade minggu ini.
Minyak naik di tengah kekhawatiran bahwa sanksi Barat terhadap Rusia atas konflik Ukraina akan mengganggu pengiriman dari Rusia, pengekspor minyak mentah dan produk minyak terbesar di dunia. Aktivitas perdagangan minyak mentah Rusia melambat karena pembeli ragu untuk melakukan pembelian akibat sanksi dan sementara Presiden AS Joe Biden mendapat tekanan yang semakin besar untuk melarang impor minyak Rusia.
"Eskalasi perang Rusia di Ukraina tidak hanya menyebabkan risiko geopolitik, tetapi juga menambah kekhawatiran inflasi yang sudah meningkat serta mendorong peningkatan premi risiko," kata analis RBC Capital Christopher Louney dalam sebuah catatan.
Lebih banyak pasokan minyak dapat ditambahkan dari pelepasan terkoordinasi 60 juta barel cadangan minyak oleh negara-negara maju. Jepang mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya berencana untuk melepaskan 7,5 juta barel minyak, meskipun itu adalah sebagian kecil dari permintaannya.
Harga berayun dalam kisaran 10 dolar AS pada Kamis (3/3/2022) tetapi menetap lebih rendah untuk pertama kalinya dalam empat sesi karena investor fokus pada kebangkitan kesepakatan nuklir Iran, yang diharapkan dapat meningkatkan ekspor minyak Iran dan mengurangi pasokan global yang ketat.
"Kenaikan harga terkait dengan gangguan aktual dan yang dirasakan terhadap ekspor minyak Rusia seharusnya lebih dari mengimbangi penurunan harga dari potensi pasokan minyak mentah Iran yang lebih banyak," kata analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Dhar memperkirakan Brent akan mencapai rata-rata 110 dolar AS per barel pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini, tetapi mengatakan "risikonya adalah harga naik di atas perkiraan kami dalam jangka pendek", menambahkan bahwa masuk akal Brent berjangka bisa mencapai 150 dolar AS.