Banda Aceh (ANTARA) - Pengusaha sukses asal Aceh, Ismail Rasyid, mengagas program "Santripreneur dan Yatimpreneur" guna mendorong kemajuan Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) di Provinsi ini yang berorientasi ekspor dan berbasis pada potensi komoditas unggulan daerah.
CEO Trans Continent itu di Aceh Besar, Minggu, menjelaskan santri juga perlu dibekali atau dilatih kewirausahaan dengan harapan ke depan alumninya lebih mandiri.
"Program Santripreneur dan Yatimpreneur ini menjadi prioritas saya ke depan dan saya merasa terpanggil untuk melakukannya, dengan harapan akhir adalah ekonomi Aceh bisa tumbuh baik dan daerah ini lebih maju," kata Ismail Rasyid yang juga calon Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh itu.
Dalam silaturrahmi dengan sejumlah pimpinan media di kantor utama Trans Continent di Krueng Raya, Aceh Besar itu Ismail Rasyid menegaskan terpilih atau tidak dirinya untuk menakhodai Kadin Aceh, maka program "Santripreneur dan Yatimpreneur" tersebut tetap dijalankan.
Di pihak lain, ia juga menyampaikan enam butir visi dan misi dari dirinya sebagai calon Ketua Kadin Aceh periode 2022-2027, antara lain adalah membangun konektivitas sektor transportasi sebagai penghubung tumbuhnya ekonomi nasional dan internasional.
Ismail memandang letak Aceh di pintu masuk Selat Malaka ini sangat strategis bagi perdagangan global, ditambah lagi daerah berjuluk Serambi Mekah ini memiliki sumber daya alam yang melimpah.
"Letak Aceh yang strategis ini maka kita perlu membangun konektivitas sektor transportasi, sehingga nantinya menjadi penghubung tumbuhnya ekonomi daerah, nasional dan internasional," katanya menambahkan.
Kemudian, alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala ini juga menjelaskan visi dan misinya jika terpilih sebagai Ketua Kadin Aceh adalah akan mengembangkan ekonomi kreatif dalam bentuk kombinasi lintas sektor guna meningkatkan nilai tambah produk dan menciptakan lapangan kerja.
Ia juga siap bersinergi dengan berbagai pihak untuk mencapai pembangunan ekonomi Aceh yang mandiri dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional. Selanjutnya, akan mengoptimalkan hilirisasi komoditas pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan tangkap dan budidaya.
"Ketika hasil tangkapan nelayan banyak atau produksi melimpah, maka nilai jualnya rendah, bahkan ada sebagian yang membusuk. Untuk itu diperlukan mesin pendingin (cold storage), dan jika harganya kembali meningkat maka produksi tersebut dipasarkan kembali," kata dia.
Ismail Rasyid, mengatakan banyak produk dan komoditas Aceh yang berpotensi di ekspor, namun yang dibutuhkan adalah membangun konektivitas.
"Kita punya harapan agar bisa menghidupkan kembali perdagangan Aceh seperti kejayaan pada masa lalu, dan Kadin menjadi wadah untuk melakukannya," kata dia.