Banda Aceh (ANTARA) - Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Provinsi Aceh mencatat penerimaan negara dari Bea Keluar pada triwulan I tahun 2023 atau Januari hingga Maret 2023, mencapai Rp13,4 miliar atau 26,62 persen dari target Rp50,4 miliar.
Kepala Kantor Wilayah DJBC Provinsi Aceh Safuadi di Banda Aceh, Kamis, mengatakan penerimaan Bea Keluar tersebut didapat dari ekspor minyak sawit mentah atau CPO serta produk sampingan minyak kelapa sawit lainnya seperti palm acid oil (PAO)
Bea Keluar tersebut, kata Safuadi, merupakan penerimaan dari ekspor CPO dan PAO melalui Pelabuhan Calang di Kabupaten Aceh Jaya dan Pelabuhan Krueng Geukueh di Kabupaten Aceh Utara.
Baca juga: Bea Cukai musnahkan 5.853 koli pakaian bekas impor senilai Rp17 miliar
Sedangkan negara tujuan ekspor produk turunan kelapa sawit dari Aceh di antaranya India, Jepang, Hong Kong, dan Singapura. Selain CPO, juga ada PAO serta cangkang kelapa sawit.
Safuadi mengatakan, pihaknya optimistis penerimaan Bea Keluar pada 2023 memenuhi target Rp50,4 miliar. Apalagi kebutuhan sawit dunia terus meningkat.
"Kami terus berupaya meningkatkan penerimaan negara dari sektor bea cukai. Di antaranya mendorong ekspor minyak sawit mentah atau CPO dari Aceh. Peningkatan ekspor ini juga turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi," kata Safuadi.
Bea Cukai, kata Safuadi, melakukan berbagai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di antaranya memberi fasilitas atau kemudahan kepada pelaku usaha di provinsi ujung barat Indonesia tersebut.
Kemudahan tersebut seperti fasilitas kepabeanan. Di antaranya pusat logistik berikat dan kawasan berikat. Kemudian, kawasan ekonomi khusus, kawasan tempat penimbunan sementara, kawasan pabean, serta fasilitas pembebasan Bea Masuk.
"Selain memberikan kemudahan, kami juga mendukung dan menyukseskan program-program rencana jangka panjang untuk peningkatan perekonomian Aceh," kata Safuadi.
Baca juga: Bea cukai kirim sampel produk UMKM Aceh ke Arab Saudi