Syaifullah menjelaskan, strategi hingga produk terjual dengan cepat adalah adanya tester produk yang langsung dapat digunakan oleh pengunjung ke pameran itu. Setiap pengunjung disemprotkan parfum nilam, atau diaplikasikan body serum dan produk lainnya.
"Biasanya pengunjung akan pergi dulu beberapa jam, dan ujungnya mereka akan kembali, setelah membuktikan sendiri aroma parfum yang fresh, unik dan berkelas tersebut tidak hilang aromanya di badan," katanya pula.
Begitu juga dengan produk body serum, body butter dan produk lainnya, kata Syaifullah, pengunjung dapat merasakan sendiri manfaatnya, perbedaan sebelum dan beberapa jam setelah penggunaan, sehingga mereka kembali untuk memborong produk tersebut.
"Meski demikian, tidak semua yang kembali untuk membeli dapat memiliki produk. Karena sudah keburu habis. Bahkan banyak yang meminta tester agar dijual juga," ujarnya.
Baca juga: Produk anti penuaan dari Aceh raih penghargaan internasional CAIEC
Konsul Jenderal RI Hamburg Ardian Wicaksono yang juga berkunjung ke stan USK juga menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap pengembangan produk nilam oleh kampus jantung hati rakyat Aceh itu.
Ardian mengaku sudah lama mendengar tentang keunggulan produk nilam Aceh yang dikembangkan USK, dan baru hari ini berkesempatan menyaksikannya langsung dari Hannover Messe.
Bahkan, pihaknya melalui ITPC Hamburg akan membantu agar produk nilam dapat masuk dan dijual di Jerman.
"Saya akan minta ITPC Hamburg untuk segera kontak ARC-USK, agar bisa segera ditindaklanjuti penetrasi market Jerman untuk produk nilam" kata Ardian.
Rektor USK Prof Marwan menyampaikan kegembiraannya atas keberhasilan USK mengikuti ajang bergengsi internasional Hannover Messe yang dibuka oleh Kepala Negara Jerman dan Indonesia itu.
Apalagi, USK merupakan salah satu dari delapan perguruan tinggi Indonesia yang lolos ke Hannover Messe dari 65 yang mengikuti seleksi.
"Semoga ini menjadi kontribusi USK terhadap inovasi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan ekonomi masyarakat khususnya di Aceh," demikian Prof Marwan.
Baca juga: Produksi minyak Atsiri di Aceh Barat meningkat dua ton per bulan