Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin menilai unggahan (postingan) salah satu bakal calon presiden (Capres) tentang kebiasaan ibadah, seperti shalat jangan diartikan sebagai bentuk kampanye politik identitas.
Ma'ruf pun mengingatkan kepada bakal capres dan cawapres agar tidak menggunakan kebiasaan-kebiasaan dalam beribadah menjadi isu kampanye.
"Kalau kebiasaan dari masing-masing, misalnya, kebiasaan-kebiasaan hidupnya, kemudian ada yang mem-posting dia lagi apa shalat atau lagi, ya itu saya kira jangan diartikan politik identitas, itu kebiasaan," kata Wapres usai menghadiri Ikrar Merajut Keberagaman Nusantara di GOR Serbaguna Pemprov Sumut, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (19/10).
Berdasarkan pandangan agama, lanjutnya, seseorang yang beragama secara utuh tidak boleh mengingkari kesepakatan nasional yang disebutnya al mitsaq al watani, yaitu dalam bentuk Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan NKRI.
Menurut Ma'ruf, seorang Muslim yang utuh tidak akan meninggalkan, apalagi mencederai kesepakatan nasional dengan membenturkan keagamaan dan kebangsaan.
"Jangan memberi celah pihak mana pun untuk menggoyahkan NKRI, termasuk upaya untuk membenturkan keagamaan dan kebangsaan. Urusan agama dan bangsa di Indonesia sudah selesai, tidak ada perbenturan antara agama dan Pancasila, antara agama dan kebangsaan," kata Ma'ruf.
Oleh karena itu, Wapres meminta masyarakat dapat memaknai moderasi agama dengan menerima segala perbedaan agama dan budaya di negeri ini.
Ma'ruf juga mengingatkan bahwa Indonesia sebagai negara yang memiliki keberagaman, punya tanggung jawab moral untuk menciptakan perdamaian, baik di negeri sendiri maupun dunia.
Baca juga: Anies Baswedan ajak pendukungnya panjatkan doa untuk kemerdekaan Palestina
Baca juga: Resmi daftar ke KPU, Ganjar: "I love you full"