Banda Aceh (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan cabai merah menjadi komoditas dengan penyumbang tertinggi angka deflasi di Provinsi Aceh secara month-to-month/mtm pada Oktober 2023, sehingga Aceh mengalami deflasi 0,14 persen pada bulan itu.
Statistisi BPS Aceh Titiek Zurriyati di Banda Aceh, Rabu, mengatakan deflasi Aceh terjadi karena adanya penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) secara m-to-m gabungan dari tiga kota di Aceh, dari IHK sebesar 116,82 pada September 2023 menjadi 116,66 pada Oktober 2023.
“Komoditas yang memberi andil dominan terhadap penurunan harga (deflasi) secara m-to-m di Aceh yaitu cabai merah sebesar 0,14 persen,” kata Titiek Zurriyati.
Ia menjelaskan, BPS mengukur inflasi Aceh berdasarkan tiga kota IHK. Pada Oktober 2023, Kota Meulaboh terjadi inflasi sebesar 0,30 persen, Banda Aceh deflasi 0,25 persen, dan Lhokseumawe deflasi sebesar 0,11 persen.
Selain cabai merah, lanjut dia, komoditas yang juga memberi andil deflasi untuk Aceh pada bulan itu yakni ikan kembung 0,05 persen, ikan dencis 0,04 persen, udang basah 0,03 persen, angkutan udara 0,03 persen, cabai hijau 0,03 persen dan kentang 0,02 persen.
“Sedangkan komoditas yang memberikan andil terhadap inflasi atau kenaikan harga di antaranya beras 0,10 persen, bensin 0,04 persen, emas perhiasan 0,02 persen, ikan tuna 0,02 persen, rokok kretek filter 0,02 persen dan beberapa komoditas lainnya,”
Titiek menambahkan, perkembangan harga berbagai komoditas di daerah Tanah Rencong itu pada Oktober 2023 memang sebagian menunjukkan adanya kenaikan dan sebagian lainnya juga terdapat penurunan, bahkan ada yang stabil atau tidak ada perubahan harga.
Dari 11 kelompok pengeluaran yang dipantau secara bulanan, kata dia, ada lima kelompok memberikan andil inflasi dengan sumbangan tertinggi 0,02 persen yakni kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Selanjutnya kelompok kesehatan andil sebesar 0,01 persen, kelompok transportasi 0,01 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar lainnya 0,01 persen serta kelompok pakaian dan alas kaki 0,01 persen.
“Kemudian ada lima kelompok tidak memberikan andil atau harga stabil, dan hanya satu kelompok yang memberikan andil deflasi yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,20 persen,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, secara year-on-year/yoy, BPS juga mencatat Aceh mengalami inflasi sebesar 1,95 persen.
Angka ini juga didapatkan hasil gabungan tiga kota yaitu, secara yoy, Kota Meulaboh inflasi sebesar 2,24 persen, Banda Aceh sebesar 1,66 persen dan Lhokseumawe inflasi sebesar 2,40 persen.
Kata dia, komoditas yang dominan penyumbang inflasi secara yoy yakni beras 0,59 persen, rokok kretek filter 0,32 persen, emas perhiasan 0,2 persen dan daging ayam ras 0,12 persen.
“Sementara nasional inflasi secara yoy sebesar 2,56 persen. Inflasi yoy tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 5,43 persen dan terendah di Jayapura 1,43 persen, ” katanya.
Baca juga: Daging ayam ras penyumbang dominan deflasi di Aceh pada Juli