Jepang (ANTARA) - Penyebab gempa bumi megnitudo 7,6 yang mengguncang Jepang pada tahun baru 2024 akhirnya terungkap.
Pakar gempa di Jepang menyatakan pemicu gempa ada pergerakan patahan atau sesar bumi. Yang terjadi adalah pergerakan sebuah sesar yang membentang sekitar 150 kilometer di bawah Semenanjung Noto.
Faktor lainnya, kata para pakar itu seperti dilaporkan kantor berita Kyodo pada Rabu, adalah aktivitas seismik yang kemungkinan akan terus berlanjut untuk sementara waktu.
Baca juga: 62 penduduk Ishikawa tewas akibat gempa magnitudo 7,6 di Jepang
Namun, informasi tentang nama patahan/sesar tersebut masih minim.
Para pakar meyakini gempa itu disebabkan oleh sesar terbalik, ketika dinding atas sesar bergeser ke atas menjauhi footwall (bagian sesar yang berada di bawah bidang sesar).
Area aktivitas tektonik itu meluas di dalam dan sekitar Semenanjung Noto sehingga penduduk di sekitar daerah ini diharuskan tetap waspada menghadapi kemungkinan gempa susulan yang bisa berkekuatan 7 pada skala intensitas gempa Jepang, kata panel pakar tersebut.
Aktivitas seismik kuat sudah terdeteksi di bagian utara Semenanjung Noto yang terletak di Prefektur Ishikawa, sejak Desember 2020, ungkap para ahli.
Kawasan ini sudah pernah diguncang gempa berkekuatan 5,4 magnitudo pada Juni 2022 dan gempa berkekuatan 6,5 magnitudo pada Mei 2023.
Baca juga: Layanan kereta lumpuh dan rumah runtuh akibat gempa magnitudo 7,6 di Jepang
Gempa berkekuatan 7,6 magnitudo tepatnya mengguncang kota Shika di Prefektur Ishikawa pada Senin sore, dan Semenanjung Noto serta sekitarnya mengalami gempa susulan sampai berkekuatan 5 magnitudo.
"Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagian mana dari patahan itu yang bergerak," kata Naoshi Hirata dari Universitas Tokyo yang memimpin panel pakar tersebut.
Sumber: Kyodo
Baca juga: Gempa magnitudo 7,6 guncang Jepang, sedikitnya 4 warga tewas
Baca juga: BMKG: 1.202 gempa bumi guncang Aceh sepanjang 2023
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Gempa Jepang akibat pergerakan patahan sepanjang 150 km, sebut pakar