Ia mengatakan program edukasi pemilahan sampah tersebut bagaimana masyarakat memisahkan sampah organik dan nonorganik. Sampah organik bisa diolah menjadi kompos atau pupuk. Sedangkan sampah nonorganik seperti plastik, kardus, dan lainnya bisa dijual untuk diolah kembali.
"Banyak keuntungan dalam memilah sampah. Jadi, sampah rumah tangga tersebut masih memiliki nilai ekonomis apabila dipilah. Dengan edukasi tersebut, kami mendorong masyarakat memilah sampah sebelum dibuang," kata Teuku Masrizar.
Volume sampah harian di Kabupaten Aceh Selatan mencapai 10 ton per hari. Sebagian besar sampah tersebut berasal dari rumah tangga. Sampah rumah tangga tersebut masih bisa diolah di antaranya untuk pupuk organik serta plastik dan kardus bekas.
Menurut dia, jika program pemilahan berjalan seperti yang diharapkan, maka volume sampah tersebut bisa dikurangi, sehingga turut mengurangi beban tempat pembuangan akhir sampah.
"Di sinilah kehadiran bank sampah, menampung sampah yang masih memiliki nilai ekonomis seperti plastik dan kardus. Begitu juga dengan sampah organik, bisa diolah menjadi pupuk yang memiliki nilai jual," kata Teuku Masrizar.
Baca juga: Kejari Sabang eksekusi terpidana korupsi tempat pembuangan sampah