Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Kota Lhokseumawe, Aceh mengadopsi layanan pemerintahan berbasis digitalisasi miliki Pemerintah Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat terkait stunting dan perdagangan, sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan Lhokseumawe sebagai kota pitar (smart city).
"Kami ingin membangun sebuah sistem yang mampu mengintegrasikan data yang baik sehingga perencanaan pelaksanaan kegiatan dan kebijakan menjadi lebih terarah dan tepat guna,” kata Pj Wali Kota Lhokseumawe A Hanan dalam keterangan diterima di Banda Aceh, Jumat.
Hal itu disampaikan Hanan saat kunjungan kerja ke Kabupaten Sumedang yang disambut Pj Sekretaris Daerah Sumedang Tuty Ruswanto di Command Center Sumedang. Mereka membahas kerjasama pembangunan dan pengembangan potensi daerah, salah satunya penerapan digitalisasi layanan pemerintahan.
Dua aplikasi yang bakal diadopsi pemerintah kota untuk diterapkan di Lhokseumawe tersebut yaitu Sistem Pencegahan Stuting (Simpati) dan Sistem Informasi Perdagangan (Sindang).
Hanan mengatakan upaya tersebut merupakan salah satu langkah konkret Pemkot untuk mewujudkan Lhokseumawe smart city yang dimulai dengan melaksanakan digitalisasi layanan pemerintahan.
Pemkot Lhokseumawe akan belajar banyak, dengan daerah lain seperti Sumedang. Sebab itu, pihaknya berharap Pemkab Sumedang dapat menugaskan tim untuk datang ke Kota Lhokseumawe agar dapat berbagi pengetahuan pengembangan digitalisasi informasi pemerintah.
Tentunya, lanjut dia, hal ini dilakukan untuk mendukung kebijakan dalam pengendalian inflasi, pengentasan kemiskinan dan pencegahan stunting, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
“Dan melalui kunjungan ini juga diharapkan Pemkot Lhokseumawe dapat diberikan izin untuk melakukan replikasi aplikasi Simpati, Sindang,” ujarnya.
Sementara itu Pj Sekretaris Daerah Sumedang Tuty Ruswanto mengatakan pihaknya memberi dukungan penuh kepada Kota Lhokseumawe dalam hal berbagi aplikasi dan pengalaman terkait digitalisasi layanan pemerintahan demi kemajuan Lhokseumawe.
Tidak hanya bagi Lhokseumawe, lanjut dia, pihaknya juga membuka kesempatan untuk kabupaten/kota lainnya yang ingin belajar.
"Saya yakin setiap kabupaten/kota pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk itu kita saling mempelajari kelebihan,” ujarnya.
Baca juga: Pembangunan SPAM senilai Rp230 M di Lhoksemawe murni dana investor, tak ada anggaran pemerintah