Banda Aceh (ANTARA) - Refleksi 20 tahun tsunami bagi mantan Konjen Amerika Serikat (AS) Paul S. Berg, yang paling membuatnya terpukau adalah bagaimana orang Aceh bisa bangkit dengan cepat dari trauma atau shock bencana tsunami 2004.
"Setelah tsunami, orang Aceh dalam kondisi shock, pemerintahnya juga shock. Tapi dalam waktu 2-3 minggu saya melihat mereka mulai berbicara. Saya terpukau melihat bagaimana orang Aceh bangkit dari shock begitu cepat," kata Paul saat perbincangan bertajuk "Refleksi Bantuan Kemanusiaan 20 Thn Tsunami Aceh" di auditoriaum TDMRC Universitas Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Minggu.
Baca juga: Plt Kadis Pertanahan: Sertifikat tanah korban tsunami di Aceh Barat tuntas di 2024
Bincang santai tersebut turut menghadirkan aktivis dan relawan bencana tsunami, Teuku Ahmad Fuad (Taf) Haikal, sebagai salah satu pembicara.
Tsunami dahsyat memporak-porandakan Aceh pada 26 Desember 2004, dengan korban jiwa sedikitnya 220 ribu orang meninggal dunia dan dinyatakan hilang, serta menghancurkan fasilitas publik serta rumah penduduk di sejumlah daerah di provinsi itu.
Bagi Paul, refleksi tsunami tiada guna lagi untuk menangisi bencana tersebut karena kesedihannya sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Namun, ketangguhan orang Aceh yang bangkit dari bencana menjadi hal yang tak pernah ia lupakan.
"Saya sampai membuat laporan menganalisa hal ini dan apa yang membuat ketangguhan orang Aceh adalah karena keimanan (faith) yang dimiliki orang Aceh," katanya.
Baca juga: Kenapa nelayan Aceh dilarang melaut saat peringatan tsunami 26 Desember?
Sedangkan bagi Taf Haikal, tsunami Aceh menjadi pelajaran berharga bagi setiap individu yang mengalami masa itu, terutama bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi bencana. Ia masih mengingat bagaimana begitu banyak orang pribadi hingga LSM dari berbagai negara masuk membantu Aceh, dan awalnya tidak terarah dan tanpa terkoordinasi. Hal ini karena Indonesia belum punya pengalaman dengan bencana sebesar tsunami, ditambah lagi kondisi Aceh dalam darurat militer.
Penanganan tsunami Aceh yang melibatkan semua stakeholder, lanjutnya, menjadi pondasi awal pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan regulasi tentang tanggap bencana di Tanah Air.
"Saya berharap ini jadi rekam jejak yang tidak boleh dilupakan oleh generasi muda kita di masa depan. Mungkin akan ada bencana lainnya, namun kita lebih siap dibandingkan waktu itu kita tak punya pengalaman sama sekali," katanya.
Taf Haikal juga berharap, peran BNPB di pusat dan juga di daerah terus diperkuat sebagai lembaga riset yang makin canggih dalam hal mitigasi bencana dan menggerakkan semua stakeholder dalam penanganan bencana.
Baca juga: Kenang korban tsunami Aceh, SBY menangis saat berziarah ke kuburan massal Siron