Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh mencatat realisasi investasi triwulan III 2025 (Juli-September) mencapai Rp4,16 triliun, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sekitar Rp2,09 triliun.
"Capaian ini menunjukkan semakin kuatnya kepercayaan investor terhadap Aceh sebagai daerah tujuan investasi," kata Kepala DPMPTSP Aceh, Marwan Nusuf, di Banda Aceh, Senin.
Dirinya menyebutkan, dari total investasi tersebut, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mendominasi sebesar Rp3,98 triliun atau 95,5 persen, sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) berkontribusi Rp185,7 miliar atau 4,5 persen.
Lonjakan ini, menjadi bukti bahwa iklim investasi di Aceh semakin kondusif. Pemerintah terus berupaya menghadirkan pelayanan perizinan yang cepat, transparan, dan berbasis digital melalui sistem OSS-RBA agar investasi dapat direalisasikan tanpa hambatan.
Baca: Gubernur: China berminat investasi peternakan ayam modern
Ia menjelaskan, jika dilihat secara kumulatif, total investasi yang telah terealisasi sejak Januari hingga September 2025 mencapai Rp7,75 triliun, atau sekitar 81,5 persen dari target tahunan Rp9,5 triliun. pemerintah optimistis target tersebut akan tercapai di akhir tahun.
Ia menuturkan, sektor Perdagangan dan Reparasi tercatat sebagai penyumbang investasi terbesar dengan nilai Rp2,29 triliun atau 55,2 persen dari total realisasi.
Kemudian, disusul sektor lainnya yang juga tumbuh pesat seperti tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan Rp667,3 miliar (16,0 persen), pertambangan sebesar Rp401,6 miliar (9,65 persen), transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp245,5 miliar (5,9 persen) dan industri makanan Rp244,8 miliar (5,88 persen).
“Perdagangan dan pertanian masih menjadi tulang punggung ekonomi Aceh. Namun yang lebih menggembirakan, kini mulai muncul minat besar dari investor di sektor hilir seperti pengolahan hasil pertanian dan industri makanan,” ujarnya.
Berdasarkan lokasi, Kabupaten Aceh Tamiang menjadi daerah dengan investasi tertinggi sebesar Rp942,9 miliar, disusul Kota Lhokseumawe Rp812,9 miliar, Aceh Timur Rp684,8 miliar, Aceh Barat Rp348,6 miliar, dan Aceh Singkil Rp260,4 miliar.
"Sebaran investasi yang cukup merata antara wilayah timur dan barat Aceh menunjukkan bahwa potensi ekonomi daerah semakin dikenal luas oleh para investor," katanya.
Marwan menjelaskan, untuk investasi asing yang masuk ke Aceh pada triwulan III 2025 ini didominasi oleh negara-negara Asia dan Eropa. Lima besar negara asal investor asing tersebut adalah Singapura Rp56,7 miliar (29,8 persen), Belgia Rp37,5 miliar (19,7 persen), Seychelles Rp38,6 miliar (19,3 persen), Turki Rp24,3 miliar (12,8 persen) dan Inggris Rp8,8 miliar (4,6 persen).
“Kerja sama dengan investor dari kawasan Asia dan Eropa terus kita dorong, terutama di sektor energi, agrikultur, dan industri tekstil. Ini peluang besar untuk membuka lapangan kerja baru di Aceh,” ujarnya.
Baca: Mualem lobi investasi di timur tengah, termasuk pesawat Aceh Airlines
Ia menambahkan, investasi pada triwulan III tahun ini juga memberikan dampak nyata terhadap perekonomian masyarakat. Total 3.504 tenaga kerja lokal terserap melalui proyek-proyek investasi yang terealisasi. Rinciannya, 3.344 orang bekerja di sektor PMDN dan 160 orang di proyek PMA.
“Seluruh tenaga kerja yang terserap adalah pekerja lokal. Artinya, investasi yang masuk tidak hanya menambah nilai ekonomi tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh,” katanya.
Ia mengatakan jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2024, investasi di Aceh tumbuh positif sebesar Rp2,07 triliun atau naik hampir 99 persen. Kinerja ini, tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk kebijakan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh dalam mendorong promosi investasi ke luar negeri.
“Pemerintah Aceh terus aktif menjemput peluang kerja sama dengan berbagai negara, termasuk Bangladesh, Arab Saudi, dan Tiongkok. Kami yakin, dengan dukungan kebijakan konsisten dan pelayanan cepat, Aceh akan menjadi salah satu destinasi investasi,” demikian Marwan Nusuf.
