Banda Aceh (ANTARA) - Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A) membentuk Tim Percepatan Pemulihan Desa berbasis anak di Mesjid Tuha Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya.
"Inisiatif ini menjadi bagian dari upaya pemulihan pasca bencana dengan melibatkan anak-anak sebagai subjek perubahan, bukan semata penerima bantuan," kata Direktur Eksekutif GEN-A, dr Imam Maulana dihubungi di Banda Aceh, Jumat.
Ia menjelaskan program tersebut hadir dari potensi lokal desa yang memiliki sumber air tanah dengan kedalaman sekitar 60 meter. Air dari sumur bor dapat mengalir secara alami tanpa menggunakan mesin pompa.
Menurut dia potensi tersebut selama ini belum dikelola secara optimal untuk mendukung kebutuhan dasar warga, khususnya di lingkungan posko penyintas.
Ia mengatakan lewat pendekatan edukatif dan partisipatif, GEN-A membentuk empat kelompok anak yang disebut “Jagoan”. Masing-masing kelompok memiliki peran spesifik dalam menjaga kebersihan, kesehatan, dan keberlangsungan hidup di lingkungan posko.
Baca: Relawan Mahasiswa bersihkan lumpur bekas banjir di Pidie Jaya
Kelompok Jagoan Air bertugas memastikan ketersediaan air bersih untuk kebutuhan wudhu dan praktik cuci tangan pakai sabun.
Peran tersebut diemban oleh Apis (11), Nizam (13), Ubay, dan Zulakmali (8). Selain menjalankan tugas kebersihan, kelompok ini juga berkomitmen melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar berjamaah sebagai bagian dari pembiasaan nilai spiritual dan kedisiplinan.
Sementara itu, Jagoan Angin berfokus menjaga kebersihan di dalam area posko penyintas. Kelompok ini terdiri dari Fatiyah (10), Naila (11), Sakinah (12), Haura (10), dan Niasya (8). Dengan peran sederhana namun krusial, mereka membantu menciptakan ruang tinggal sementara yang lebih bersih, nyaman, dan sehat bagi para penyintas.
Di luar posko, tanggung jawab kebersihan lingkungan dipegang oleh Jagoan Tanah, yang beranggotakan Dakwan, Azam, Zamharil, dan Hanis. Mereka memastikan sampah tidak menumpuk di sekitar posko dan area publik, sekaligus menanamkan kesadaran menjaga lingkungan sejak usia dini.
Adapun Jagoan Neon bertugas menjamin ketersediaan air matang untuk konsumsi. Kelompok ini dipimpin oleh Riska sebagai ketua, bersama Oja dan Tila. Peran mereka penting untuk memastikan kebutuhan air minum warga terpenuhi secara aman, terutama bagi anak-anak dan kelompok rentan.
"Pembentukan tim ini bukan sekadar kegiatan kebersihan, melainkan bagian dari proses pemulihan psikososial anak-anak terdampak bencana. Anak-anak bukan hanya korban bencana, tetapi juga agen pemulihan," katanya.
Ia mengatakan dengan diberi peran dan tanggung jawab, mereka belajar percaya diri, bekerja sama, memahami kesehatan dasar, serta tumbuh dengan rasa memiliki terhadap desanya,” ujar Imam.
Selain pembentukan tim anak, GEN-A juga melaksanakan sejumlah aksi kemanusiaan lain di wilayah tersebut dan sekitarnya meliputi pelayanan pertolongan pertama (P3K), perawatan luka dan penggantian perban, pelayanan dukungan psikososial melalui aktivitas kreatif seperti membuat gelang dan kalung, serta edukasi praktik hidup bersih dan lingkungan sehat.
Baca: Korban banjir di Pidie Jaya butuh alat pembersih lumpur
GEN-A juga menyediakan pelayanan transportasi rujukan bagi pasien, termasuk lima orang lansia yang dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pidie Jaya.
GEN-A juga menyalurkan berbagai bantuan kebutuhan dasar, seperti family kit, baby kit, dan elderly kit kepada keluarga terdampak.
Di Kecamatan Ulim, GEN-A turut memberikan pelayanan kesehatan dasar yang dipimpin oleh dr. Intan Qanita. Layanan ini mencakup pemeriksaan kesehatan warga, penyaluran family kit, baby kit, dan elderly kit.
Seluruh rangkaian kegiatan ini didukung oleh tim lintas profesi yang terdiri dari dokter umum, perawat, mahasiswa keperawatan, serta para edukator GEN-A.
GEN-A menilai pendekatan berbasis potensi desa dan pelibatan anak-remaja dapat menjadi model pemulihan komunitas yang berkelanjutan.
Ia menambahkan selain memperkuat ketahanan desa pasca bencana, program tersebut juga menanamkan nilai kepedulian, gotong royong, dan kepemimpinan sejak dini.
