Singkil (Antara Aceh) - Ganti Marbun(49) seorang Nelayan juga seorang Nakhoda Speed pekerja Resor Friska Pulau Banyak akhirnya kembali berkumpul bersama anak istrinya di Pulo sarok, Aceh Singkil setelah sepekan hilang terombang ambing di lautan dan ditemukan kembali selamat.
Pantauan wartawan Kamis tepat pukul 14.00 Wib, menaiki mobil carteran Avanza, Ganti Berutu tiba di kediamannya, Pulosarok disambut penuh suka cita oleh keluarganya, sedangkan rekannya Indra yang mengalami hal yang sama pulang ke Medan, Sumatera utara.
Ganti Marbun kepada wartawan mengatakan, sangat bersyukur masih bisa bertemu dengan dua anak dan istrinya, karena dirinya tak menyangka sudah pasrah kurang dari 8 hari terombang ambing di lautan akhirnya kembali bertemu keluarga.
Ganti Marbun mengaku dihantam gelombang badai selama 8 hari di laut, sejak Selasa (21/8) lalu, namun naas melandanya pada Rabu (22/8) sehingga ia hilang kontak.
Dirinya selaku Nakhoda speed boat bersama seorang rekannya Indra(30) hanyut akibat kehabisan bahan bakar.
"Di tengah angin barat laut yang berkecamuk, kami diterpa gelombang ketinggian 3 meter, dan air masuk kedalam boat sehingga barang, berupa sembako kami buang sebagian, disertai hujan jarak pandang pada saat itu juga terbatas," kata Ganti.
Lanjutnya, beras, minyak makan dan barang fiber berat dibuang ke laut kecuali setandan pisang bir dan es batu, dan berjibaku menimba air yang masuk kedalam boat siang dan malam sewaktu-waktu badai melanda," ungkapnya.
Dikatakannya, hanyut melintasi samudra dan Kepulauan Banyak, Kepulauan Nias, Sumut hingga Kepulauan Pasaman Barat, Sumatera Barat tidak ada bertemu nelayan, karena masih sepekan hari raya Idul Adha disertai terang bulan.
"Berada di antara Pulau Mursala, Sumut dan Kepulauan Nias, kami sempat melihat Kapal Fery ASDP rute Nias - Sibolga melintas perkiraan jarak 100 meter, dan kami berteriak memanggil, namun teriakan kami tidak dihiraukan, entah sengaja atau tidak terdengar, kami sempat pasrah dan berdoa serta pasang niat," ungkapnya.
Belum sampai di situ, sambungnya memasuki hari ketujuh Selasa (28/8), mereka hanyut di antara Pulau Pini, Nias Selatan, Sumut dan Pulau Memong, Pasaman Barat, Sumatera Barat. Alhamdulillah ditulah sejumlah menarik mereka ke Air Bangis, Pasaman Barat, Sumbar.
Kepada wartawan Ganti Marbun mengatakan, sebelum dibawa ke Air Bangis, speed yang dinakhodainya terdampar di Pulau Memong yang berada satu hamparan dengan Pulau Pini Kabupaten Nias Selatan Sumut.
Para nelayan warga Air Bangis yang baru satu hari berlayar langsung balik ke Air Bangis, menempuh 4 jam perjalanan dengan boat nelayan, untuk mengantarkan mereka ke darat setelah melihat mereka terdampar dan terombang-ambing di laut selama 8 hari dari Aceh Singkil.
"Saya sangat berterima kasih dengan nelayan di Air Bangis, mereka sangat peduli terhadap kami, seharusnya mereka belum pulang melaut, karena ingin mengantar kami ke darat. Kami langsung di kasi makan dan diberi minum setelah sampai di darat Air Bangis," terang Ganti yang masih dikerumuni anak dan istri serta sanak saudaranya.
Kini Ganti Marbun sudah kembali berkumpul dikediamannya, Pulosarok. Sementara rekannya Indra sudah langsung berangkat ke Medan Sumut, Rabu (29/8) pagi dari stasiun Padang Sumatera Barat.
Kepulangan Ganti disambut penuh haru keluarga dan kerabat dengan teriakan histeris anak dan istrinya. Sementara istri Ganti, Asmidar sempat jatuh pingsan saat memeluk suaminya usai turun dari Mobil Avanza putih yang membawa Ganti menuju rumahnya.
Maswar supir yang membawa Ganti Marbun dari Air Bangis kepada wartawa mengatakan, ia menjemput Rabu (29/8) sekira pukul 09.00 WIB di Air Bangis. Namun mereka baru bisa berangkat dari Sumbar, Rabu (29/8) sekira pukul 22.00 WIB setelah melapor ke Pol Airud dan persiapan keberangkatan. Perjalanan jalur darat melewati Simpang Gambir Penyabungan, Sidempuan dan Sibolga menuju Aceh Singkil.
Cerita Marbun sepekan terombang-ambing di lautan
Sabtu, 1 September 2018 9:55 WIB