Banda Aceh (ANTARA) - Tidak terasa umat Islam di seluruh dunia telah memasuki bulan Rajab atau tepatnya tanggal 8 Rajab 1440 Hijriah/ 15 Maret 2019, yaitu dua bulan menyongsong Ramadhan. Rajab merupakan salah satu diantara bulan yang memiliki kemuliaan selain Ramadhan karena dia termasuk diantara empat bulan yang haram.
Empat bulan haram yang dihormati itu ialah Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab yang di dalamnya terdapat banyak keutamaan. Di bulan Rajab ini, umat Islam juga diingatkan untuk lebih berhati-hati dalam menjaga diri sebisa mungkin menghindari segala perbuatan yang mengarah kepada dosa dan maksiat.
Karena setiap dosa yang dilakukan di bulan Rajab, dosanya dilipatgandakan dengan ganjaran berlipat. Begitu juga sebaliknya, setiap amal ibadah dan kebaikan yang dikerjakan, nilai pahalanya juga dibalas dua kali lipat.
Demikian antara lain disampaikan Ustaz Dr. Abizal Muhammad Yati Lc MA (Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry), saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Masjid Al-Badar Kota Baru, Lampineung, Banda Aceh, Rabu (13/3/2019) malam.
"Di bulan Rajab ini sebagai bulan haram, Rasululullah SAW juga tidak melakukan peperangan. Bulan Rajab harus ciptakan suasana kondusif dan nyaman untuk terwujudnya kemudahan meningkatkan amal ibadah, serta menjauhi dosa dan maksiat. Karena setiap dosa di Rajab, akan dilipatgandakan balasannya," ujar Ustaz Abizal M. Yati yang juga Ketua Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Dewan Dakwah Aceh (DDA).
Dijelaskannya, kemuliaan dan keagungan Rajab sebagai bulan haram juga telah ditegaskan Allah dalam Al-Qur'an Surat At - Taubah ayat 36 yang artinya,"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa".
Dalam sebuah hadits sahih, Nabi Muhammad SAW menerangkan keempat bulan haram yang dengan sabdanya, “Sesungguhnya zaman telah beredar sebagaimana yang ditentukan di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, dalam setahun terdapat dua belas bulan diantaranya empat bulan haram; tiga bulan diantaranya berurutan, (keempat bulan haram itu adalah) Dzulkaidah, Dzulhijjah Muharram dan Rajab". (HR. Bukhari dan Muslim)
Ustaz Abizal menyebutkan, kata haram pada bulan Rajab yang juga bulan dimana terjadi Israk Mikraj Nabi Muhammad SAW, lebih tepat disebut mulia, suci, atau terhormat sebagaimana kata haram yang dinisbatkan kepada masjid termulia yaitu Masjidil Haram yang didalamnya ada Ka’bah. Ibadah-ibadah di dalamnya adalah ibadah khusus yang tidak bisa dilakukan di tempat lain.
Sebagaimana mulianya Masjidil Haram, Rajan bulan haram juga sangat mulia. Lebih terjaganya bulan ini dari kemaksiatan dan meningkatnya kembali amal-amal salih kaum muslimin. Kemaksiatan yang dilakukan di dalamnya dosanya lebih besar, dan sebaliknya amal kebaikan yang dilakukan di dalamnya lebih besar pahalanya.
Seorang muslim maka selayaknya ketika masuk bulan haram hendaknya lebih ekstra berhati-hati dalam tindak kemaksiatan.
Makna firman Allah di Surat At-Taubah ayat 36, “...maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu...”, maksudnya adalah jangan sampai kita berbuat maksiat sehingga kita mendapatkan dosa yang berlipat di bulan ini.
“Amalan saleh di bulan-bulan haram lebih besar pahalanya sebagaimana perbuatan menganiaya lebih besar dosanya di bulan-bulan haram, walaupun secara umum di bulan mana saja perbuatan menganiya adalah dosa besar,” ungkapnya.
Kemaksiatan yang dilakukan di bulan ini dosanya lebih besar daripada kemaksiatan di bulan lain. Misalnya, saat ini di masa menjelang Pemilihan Umum Legislatif (Pilpres) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, umat Islam ikut-ikutan melakukan ghibah, namimah, adu domba, fitnah, menyebarkan kebohongan (hoaks), saling menjelekkan baik secara langsung maupun melalui media sosial.
"Sebaiknya, kita umat Islam ciptakan suasana kondusif dan bersih dari dosa di bulan Rajab meski saat ini sedang musim politik Pemilu dan Pilpres. Kita jangan ikut-ikutan menyebarkan suatu yang dilarang dalam agama. Jangan gara-gara musim Pilpres, kita ikut menambah tabungan dosa berlipat ganda pada bulan Rajab. Hindari di bulan Rajab meng-ghibah, namimah, fitnah dan enyebarkan hoaks. Terlalu berat dosanya," tegasnya.
Namun sebaliknya, jika seseorang melakukan kebaikan misalnya membaca Al Quran, bersedekah, puasa sunat, menolong orang, melakukan ibadah umrah maka pahalanya lebih besar daripada di waktu yang lain.
Ustaz Abizal juga menyerukan dengan semangat bulan Rajab untuk terjaganya suasana Kondusif terutama dalam menyambut 17 April 2019 untuk memilih pemimpin yang terbaik, di tengah perbedaan yang ada.
"Biarkanlah perbedaan dalam pilihan untuk memilih yang terbaik. Untuk apa kita memunculkan permusuhan dalam memilih pemimpin, sampai terputus tali silaturrahmi akibat saling nyinyir dan menjelekkan sampai ada yang tergores hatinya karena mencaci maki, saling sindir. Mari kita ciptakan suasana kondusif di bulan Rajab dengan menjaga hubungan baik sesama muslim," pungkasnya.
Rajab bulan dilipatgandakan ganjaran dosa
Jumat, 15 Maret 2019 7:26 WIB