Meulaboh (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, memastikan laju inflasi sebesar 0,91 persen pada September 2019 masih dapat dikendalikan dan tidak berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat di daerah itu.
Berdasarkan hasil pengecekan harga bahan pokok dan kebutuhan pokok di pasar tradisional Meulaboh, Aceh Barat, harga kebutuhan yang mengalami kenaikan tersebut masing-masing ikan tongkol sebelumnya dijual Rp25 ribu per kilogram naik menjadi Rp30 ribu per kilogram.
Selain itu harga cabai merah naik menjadi Rp44 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp20-30 ribuan per kilogram, bawang merah naik menjadi Rp25 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp22 ribu per kilogram serta gula pasir naik menjadi Rp13 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp12 ribu per kilogram.
Sedangkan harga barang yang mengalami penurunan seperti, telur ayam turun menjadi Rp36 ribu per papan (isi 30 butir) setelah sebelumnya bertahan di harga Rp40 ribu per papan.
Kemudian harga daging sapi/kerbau segar juga mengalami penurunan harga sebesar Rp130 ribu hingga Rp140 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp150 ribu hingga Rp160 ribu per kilogram.
Sementara harga minyak goreng curah masih stabil dijual Rp9 ribu per liter atau Rp17 ribu/bambu (per 2 liter), dan tepung terigu Rp10 ribu per kilogram dan tidak mengalami kenaikan harga.
"Setelah kita lakukan pengecekan ke pasar, kenaikan sejumlah harga barang dan ikan ini karena situasi seperti cuaca buruk, sehingga mengalami kenaikan harga yang sedikit. Tapi tidak seperti angka inflasi yang sudah dirilis Badan Pusat Statistik (BPS)," kata Kepala Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Barat, Armaikandi di Meulaboh, Rabu.
Menurutnya, kenaikan harga jual sejumlah barang ini disebabkan banyak faktor, diantaranya kekurangan stok di pedagang, faktor cuaca, serta terganggunya pengiriman barang dari luar daerah lain karena terhambat transportasi dan buruknya cuaca di laut.
Namun, kondisi tersebut dipastikan akan tetap ditangani oleh pemerintah daerah dengan cara memberdayakan petani di daerah, sehingga inflasi di Aceh Barat segera dapat diturunkan.
"Inflasi ini bisa kita kendalikan karena masih berada di bawah dua digit, intinya ekonomi dan harga barang di Aceh Barat masih sangat stabil," kata Armaikandi.
Pemerintah Aceh Barat juga akan melakukan pengecekan harga barang di pasar setiap hari, sehingga jika ditemukan adanya kenaikan harga barang akan dicari penyebabnya dan dilakukan pencegahan dengan berbagai kebijakan.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Barat memastikan angka inflasi di Kota Meulaboh, Ibukota Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, pada bulan September 2019 mencapai 0,91 persen dan termasuk inflasi tertinggi di Indonesia dari 82 kabupaten/kota di Tanah Air.
Data yang diperoleh, tingginya angka inflasi tersebut naik 0,71 persen jika dibandingkan pada bulan Agustus 2019 berada di angka 0,20 persen.
Sementara pada Juli 2019, inflasi di Kota Meulaboh yang merupakan kota yang mewakili kabupaten/kota di wilayah pantai barat selatan Aceh berada di angka 0,21 persen.
"Faktor utama tingginya inflasi di Meulaboh ini disebabkan tingginya harga ikan segar seperti ikan tongkol dan ikan segar lainnya, sehingga hal tersebut mempengaruhi angka inflasi di daerah," kata Kepala BPS Aceh Barat, Mughlisuddin, Senin (21/10) di Meulaboh.
Menurutnya, inflasi di daerah itu terjadi karena faktor situasi naiknya komoditas harga jual ikan segar yang mempengaruhi perkembangan inflasi.
Selain itu, harga kebutuhan pangan atau bahan pokok seperti beras, cabai, bawang merah juga ikut memperngaruhi naik rendahnya suatu inflasi di daerah.
"Inflasi tidak perlu ditakuti, cukup hanya diseimbangkan saja," katanya menambahkan.
Pemkab Aceh Barat: Laju inflasi masih bisa dikendalikan
Rabu, 16 Oktober 2019 18:06 WIB