Banda Aceh (ANTARA) - Akademisi sekaligus Pengamat Kebijakan Publik Aceh, Dr Nasrul Z ST, M.Kes mengatakan kondisi gagal pertumbuhan anak (stunting) menjadi persoalan serius di Provinsi Aceh, sehingga untuk pengentasannya harus melibatkan berbagai pihak termasuk perguruan tinggi.
"Isu stunting ini masalah serius di Aceh, jadi kita harus keroyokan (bersama) untuk mengentaskan angka stunting ini di Aceh," katanya, di Banda Aceh, Minggu.
Dia menyebutkan, menurut data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan bahwa Provinsi Aceh berada di urutan ketiga tertinggi angka stunting seluruh Indonesia, yang mencapai 37 persen. Di bawah Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurutnya, hal demikian menunjukkan bahwa pembangunan kesehatan manusia di provinsi paling barat Indonesia tersebut mandek. Maka diperlukan pemerintah dengan melibatkan berbagai sektor menurunkan angka stunting secara "keroyokan" atau bersama-sama.
"Tentu kondisi ini mencerminkan pembangunan kesehatan manusia di Aceh yang stagnant (mandek) sehingga membutuhkan perhatian semua pihak untuk terlibat aktif dalam setiap tahapan pembangunan ini," kata Nasrul.
Ia menyebutkan, dirinya dan berbagai pihak telah menawarkan konsep pengentasan laju angka stunting dengan melibatkan mahasiswa.
Kata dia, konsep itu telah dilakukan melalui Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, yang sejak 1 Oktober lalu para mahasiswany mengikuti Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) tematik stunting di Kabupaten Bener Meriah dan akan berakhir medio November mendatang.
"Melalui KPM ini mereka tidak harus bicara soal medis, tapi setidaknya mahasiswa bisa menyosialisasikan kepada masyarakat tentang stunting, dan menjadi fasilitator masyarakat ketika ada yang memiliki anak menderita stunting," kata dia.
"Kita memberi apresiasi yang besar kepada UIN Ar-Raniry ini, karena telah bersedia terlibat dalam isu kesehatan yang jauh dari pendidikan mereka di kampus," tambahnya.
Menurut Nasrul, kegiatan-kegiatan seperti itu sudah sepantasnya menjadi contoh bagi seluruh perguruan tinggi di Aceh. Agar juga bisa melibatkan seluruh mahasiswa menjadi pencerah isu stunting di daerah berjulukan "Serambi Mekkah" itu.
"Persoalan terbesar tingginya angka stunting di Aceh lebih disebabkan rendahnya kesadaran dan pengetahuan warga terhadap kesehatan," kata dosen Universitas Syiah Kuala itu.
Maka Provinsi Aceh membutuhkan juru kampanye stunting yang mampu mencerahkan warga dan masuk ke seluruh pelosok Aceh. Dan kegiatan seperti ini mampu dilakukan oleh perguruan tinggi melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa," tambah dia.