Banda Aceh (ANTARA) - Pengusaha jasa transporter, Ismail Rasyid, menyebutkan potensi investasi di Aceh luar biasa besarnnya, karena didukung sumberdaya alam melimpah yang merata di seluruh kabupaten dan kota di provinsi itu.
"Aceh punya semua seperti bijih besi, emas, batu bara, semen, serta sumberdaya alam sektor perikanan, dan pertanian namun itu semua belum memberikan nilai tambah karena yang dijual bahan baku," kata CEO Transcontinent Ismail Rayid di Medan, Selasa.
Ia juga menjelaskan, ekonomi Aceh juga akan tumbuh lebih cepat apabila infrastruktur seperti pelabuhan laut dan bandar udara itu bagus. Jadi, Aceh itu tertinggal karena infrastrukturnya kurang bagus.
Tumbuh cepatnya kota-kota di dunia, menurut Ismail karena lokasinya berada di pinggir laut dan memiliki sungai. Dan itu semua dimiliki Aceh, seperti Kota Banda Aceh yang posisinya berada pinggir laut dan sungai.
Terkait investasi di Kawasan Industri Aceh (KIA), ia menyatakan optimistis nantinya akan memberi prospek cerah dalam meningkatkan perekonomian di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.
"Kami yang pertama ke sana (KIA). Kami akan memulai investasi, karena telah melihat prospek yang menjanjikan di Aceh. Namun, yang penting semua pihak harus mendukung, termasuk dukungan kuat dari masyarakat," kata dia menjelaskan.
Dukungan serius yang diharapkan juga dari pemerintah, menurutnya seperti penyediaan insfrastruktur dasar, seperti jalan, energi listrik yang memadai, air bersih dan dan fasilias pendukung lainnya.
Dipihak lain, Ismail, mengakui infrastruktur KIA Ladong, Kabupaten Aceh Besar masih minim. Tapi, itu semua adalah sebuah proses, sebab ada di daerah lain yang awalnya lebih parah insfrastrukturnya seperti kawasan ekonomi Manado, dan KEK Banyuwangi.
"Di Manado kita berjibaku selama empat tahun dan sekarang hasilnya luar biasa, transcontinent hadir disana. Kemudian KEK Banyuwangi, setelah setahun berjibaku hasilnya sudah mulai nampak dan kehadiran KEK di sana sudah memberi kontribusi untuk daerah," kata dia.
PT Transcontinent, perusahaan yang dirintisnya sejak 2005 di Balik Papan itu kini memiliki 19 cabang di Tanah Air dan dua di luar negeri yakni di Australia dan Filipina, dengan tenaga kerja hampir 400 karyawan, dan di dukung sebanyak 450 unit dum truk ukuran besar, sedang dan kecil.
Dalam perjalanannya, perusahaan transporter tersebut juga dipercayakan mengangkut logistik untuk kebutuhan pertambangan dan bahan berbahaya atau bahan peledak, antara lain sianida, radio aktif atau nuklir.
Trans Contitent akan terus menginvest di KIA Ladong yang dibuktikan pengerahan barat berupa alat grane dan forklift yang sudah dua bulan di lokasi tersebut.
"Resiko pasti ada, tapi kita anggap resiko sebagai tantangan untuk menjadi peluang meningkatkan perekonomian daerah “ ujar pengusaha kelahiran 1968 di Matang Kuli, Aceh Utara itu.
Ismail Rasyid sore itu banyak memberi gambaran dan liku liku serta aturan dalam dunia eksport import. Lalu soal pelabuhan bebas dan KLB atau kawasan logistik berikat, seperti halnya KIA Ladong. disinilah bisnis Trans Continent bersentuhan.
Selain menguasai perpajakan dan bea masuk barang-barang atau logistik, yang diperolehnya saat bekerja di perusahaan milik warga Prancis di Batam, alumni tahun 1995 Fakultas Ekonomi Unsyiah itu juga paham soal bisnis perusahaan transporter atau logistik.
"Kunci sukses dalam usaha itu yakni mengutamakan kepercayaan Dengan kepercayaan ini perusahaan dunia percaya. Kalau sudah begitu kadang kala kapital atau modal sudah tidak menjadi persyaratan pokok kalau sudah dapat kebercayaan dari luar," kata Ismail.
Selain itu, tagline perusahan harus dijunjung tinggi, kemudian komitmen dan selalu fokus hingga perusahaan besar seperti sekarang ini.
Integritas dan jejaring juga tidak kalah pentingnya dalam mendukung sukses yang diraih PT Trans Continent.
CEO PT Trans Continent: Potensi investasi Aceh luar biasa besarnya
Selasa, 4 Februari 2020 18:58 WIB