Blangpidie, Aceh (ANTARA) - Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya Akmal Ibrahim berbagi tips atau cara menanam pohon jengkol dengan baik agar tidak diganggu hama babi, monyet dan landak.
“Alhamdulillah bibit jengkol saya tanam di Desa Guhang sudah mengeluarkan daun baru yang cukup subur,” tulis Akmal Ibrahim di akun media sosialnya dipantau Antara, Kamis.
Bupati Akmal menanam pohon jengkol seluas 25 hektare di kawasan Desa Guhang Kecamatan Blangpidie hingga Cot Mane Kecamatan Jumpa dengan cara sederhana, namun terhindar dari gangguan hama babi, monyet dan landak.
Baca juga: Petani Aceh Tengah mulai budidaya jengkol
“Jengkol ini saya tanam seluas 25 hektare di Guhang hingga Cot Mane untuk saya hibahkan mendukung keuangan pesantren di Alu Badek yang Insyaallah mulai saya bangun tahun depan,” katanya.
Berdasarkan penelusuran, tanaman jengkol yang ditanam oleh kepala daerah tersebut memiliki jarak tanam antar pohon sekitar 15 x 15 meter dan semua bibit jengkol itu tumbuh subur tanpa ada ganguan hama.
Baca juga: Budidaya jengkol menggiurkan, produksi bisa capai satu ton/pohon
Biasanya hama babi, monyet dan landak selalu mengganggu dan merusak bibit jengkol yang baru ditanam oleh para petani di kebun-kebun dan bahkan jarang sekali bibit jengkol yang selamat.
Sementara bibit jengkol yang ditanam oleh Akmal selamat dari gangguan hama tersebut karena diterapkan teknik menipu menggunakan bambu sehingga membuat babi, monyet, dan landak tidak berdaya.
Baca juga: Ternyata ada jengkol terenak se-Indonesia
“Cara antisipasi hama itu, langkah pertama harus persiapkan bambu secukupnya lalu di potong dan dibelah kemudian baru proses penggalian lubang tanam sedalam minimal 20 cm,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan, setelah penggalian lubang tanam dilakukan baru kemudian bibit jengkol bersama bambu dimasukkan dan dilakukan proses tanam dalam kondisi tegak.
“Jangan lupa ukur bambu kira-kira dua sampai lima centimeter lebih tinggi dari bibit sehingga tidak tampak. Kemudian jangan lupa juga ikat bambu itu dengan kawat secara kuat,” katanya.
Disamping menggunakan bambu untuk antisipasi serangan hama babi, monyet dan landak, Bupati Akmal juga tidak menebang pohon-pohon dan semak belukar di kawasan kebun jengkol miliknya.
“Semak belukar dan kayu jangan ditebang dulu, biarkan bibit tumbuh hingga berumur satu sampai dua tahun pohon jengkol sudah besar, baru dibersihkan, kemudian bambu-nya sudah busuk,” katanya.
Budidaya tanaman jengkol di Kabupaten Abdya memang sangat menggiurkan karena jika tanaman tersebut sudah berumur di atas 15 tahun produksinya bisa mencapai satu ton/pohon.
Seperti yang dirasakan oleh Safril, petani Desa Ie Lhob, Kecamatan Tangan-Tangan, tersebut memiliki 12 batang pohon jengkol yang ditanam tujuh tahun silam di kawasan pegunungan Alue Aki.
Menurut Safril, semua pohon jengkol yang ditanam itu tidak pernah dilakukan pemupukan, namun tumbuhnya sangat subur dan bahkan sudah produksi mencapai 150 hingga 200 kg/pohon.
“Produksi jengkol ini satu tahun dua kali. Harganya ditampung pedagang Rp6 ribu/kg itu mereka yang panen sendiri di kebun. Kalau kita pemilik yang panen harganya naik lagi menjadi Rp7 ribu,” katanya.
