Takengon (ANTARA) - Di rumah aja. Jaga jarak. Cuci tangan dan pakai masker.
Itulah modal kita saat ini untuk bisa melawan penyebaran COVID-19 di bumi pertiwi ini sesuai anjuran pemerintah. Terutama untuk menjaga jarak dan tetap bertahan di rumah saja.
Bertahan adalah untuk melawan. Di sini kita seperti sedang memainkan strategi perang, bahwa bersembunyi berarti menyerang. Tentunya dengan tetap satu komando, yaitu instruksi pemerintah.
Slogan 'di rumah aja' yang terus digaungkan oleh pemerintah kita saat ini untuk mendorong semua pihak dalam melawan penyebaran Coronavirus Disease 2019 atau disingkat COVID-19 memang harus benar-benar kita terapkan.
Tujuannya jelas, adalah untuk memaksimalkan penerapan physical distancing atau menjaga jarak fisik antar manusia sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), guna memutus mata rantai penyebaran virus ini.
Tapi untuk benar-benar bisa menerapkannya, memang sangat dibutuhkan adanya semangat solidaritas dan rasa kepedulian bersama, serta kesadaran yang tinggi pada diri setiap kita.
Hal itu sangatlah penting. Itulah sebenar-benarnya senjata utama kita dalam kondisi saat ini.
Dalam peperangan ini, musuh kita tak tampak. Sehingga kita bisa saja gampang terkecoh, seolah-olah tak sedang terjadi apa-apa pada benteng pertahanan kita, seolah-olah kita sedang baik-baik saja.
Sehingga lagi, pandangan kita untuk bisa saling menjaga satu sama lainnya dalam hal ini, masih sulit terwujud. Semangat solidaritas dan rasa kepedulian kita seolah tak mendeteksi adanya ancaman bahaya.
Padahal, kitalah garda terdepan untuk bisa melawan penyebaran virus ini. Ya, kita-kita ini, seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Setiap kita adalah mata rantai atau anak tangga bagi COVID-19 untuk bisa terus menyebar dan menyasar siapa saja, hingga jumlah orang-orang yang positif terinfeksi terus meningkat dari hari ke hari.
Karena itu, kita semua disini harus bersepakat, bahwa jika tidak mau di rumah aja dan tidak mau menjaga jarak, sama artinya kita sedang mendukung penyebaran virus ini untuk menyebar lebih luas lagi.
Kembali pada strategi perang yang kita bahas di awal tadi, bahwa bertahan (Di rumah saja) berarti kita sedang melakukan perlawanan. Sembunyi adalah cara kita untuk melumpuhkan lawan.
Sekali lagi, itu semua kita lakukan karena musuh kita memang tak tampak. Banyak orang tanpa gejala membawa virus ini kemana-mana.
Itu pula sebabnya, virus yang satu ini dapat menyebar dengan cepatnya hingga ke berbagai negara di belahan dunia, sampai akhirnya WHO secara resmi menyatakannya sebagai pandemi global sejak 11 Maret 2020.
Selain di Cina, kasus positif COVID-19 tanpa gejala pertama kali dikonfirmasi oleh Pemerintah Jepang pada 30 Januari 2020.
Hal itu kemudian membuat otoritas Negeri Sakura sangat mengkhawatirkan penyebaran virus tersebut dalam wilayah negaranya.
Untuk hal ini, kita pun juga harus benar-benar memahami bahwa COVID-19 adalah Virus Corona jenis baru. Hal ihwal atau segala seluk-beluk tentang sifat dan cara penyebaran virus ini, kemungkinan masih bisa terus berkembang dari informasi awal yang telah kita terima saat ini.
Kita pun masih perlu menyisihkan sedikit ruang dalam diri kita untuk segala kemungkinan itu. Karena sebagai virus yang baru ditemukan, berbagai fakta-fakta tentangnya bisa saja datang belakangan.
Seperti contoh di atas tadi, Jepang pertama kali mendeteksi bahwa orang sehat tanpa gejala pun ternyata membawa COVID-19 ke negaranya.
Hal ini awalnya tidak menjadi perhatian banyak orang. Negara-negara di dunia awalnya hanya menerapkan protokol mendeteksi suhu tubuh bagi setiap pendatang, saat masih berada di Bandara atau pada akses pintu masuk lainnya.
Alhasil, orang tanpa gejala (OTG) bisa lolos begitu saja. Karena untuk mengetahuinya perlu dilakukan uji lab. Sementara bagi sebagian negara, protokol itu awalnya tidak tersedia untuk orang dengan kondisi sehat-sehat saja.
Barulah kemudian banyak negara mulai menerapkan lockdown atau penguncian wilayah untuk bisa menghentikan penyebaran virus ini.
Dengan kebijakan ini, siapa saja, walau pun orang sehat tanpa gejala, tetap dilarang masuk ke wilayah negara yang telah memberlakukan lockdown.
Contoh lainnya seperti tentang penggunaan masker. Awalnya WHO hanya merekomendasikan penggunaan masker bagi orang yang sakit dan para tenaga medis saja.
Tapi sekarang atau sejak 4 April 2020, WHO secara resmi telah mengumumkan anjuran penggunaan masker untuk semua orang.
Anjuran ini pun kemudian diikuti oleh Pemerintah Indonesia dengan mewajibkan masyarakatnya menggunakan masker saat berada di luar rumah.
Hal itu didasari hasil penelitian ilmiah tentang adanya pengaruh positif dari penggunaan masker untuk dapat menekan tingkat infeksi COVID-19 di tengah masyarakat.
Bahkan penelitian lainnya menyebutkan bahwa virus ini dapat menyebar lewat pernapasan normal, sehingga penggunaan masker dinilai baik untuk menangkalnya.
Karena itu, sekali lagi, kita memang masih perlu menyisihkan sedikit ruang dalam diri kita untuk berbagai kemungkinan hal baru tentang virus ini, setelah apa yang kita ketahui saat ini.
Termasuk mewaspadai kemungkinan virus ini dapat menyebar lewat udara. Walau pun hingga saat ini belum ada hasil penelitian ilmiah yang membuktikan hal itu.
Karena itu pula, hal terbaik yang dapat kita lakukan saat ini adalah dengan tetap menghindar, menjauh dari keramaian, menjaga jarak, atau tetap di rumah saja.
Kita tidak akan meraih kemenangan jika tidak melakukan itu semua. Kita harus terus membangun semangat solidaritas dan rasa kepedulian bersama dalam menghadapi darurat bencana nasional ini. Dan kita bersama pasti mampu melakukannya.
Menjaga jarak adalah untuk kita saling melindungi sesama. Dan bertahan di rumah saja adalah karena kita peduli untuk menyelamatkan semua.
Memang, masih banyak diantara kita saat ini yang belum didukung oleh kecukupan ekonomi untuk bisa bertahan di rumah saja.
Untuk ini, kita harapkan pemerintah kita bisa mengatasinya. Dan bagi orang-orang yang mampu diantara kita, juga kita harapkan terketuk hatinya untuk membantu sesama.
Pada tulisan singkat ini, tak perlu lagi kita membahas tentang berapa sudah jumlah atau angka kasus positif COVID-19 di bumi pertiwi ini.
Itu hanya akan membuat sebagian dari kita semakin panik. Pun bagi mereka yang tak peduli, angka itu juga tak berarti apa-apa. Tak akan berpengaruh banyak merubah keadaan, jika rasa kepedulian itu masih diabaikan.
Saat ini, kita juga tak perlu lagi saling menyalahkan. Mari fokus saja terhadap apa yang bisa kita lakukan untuk kedepan. Lupakan dulu sejenak yang telah lalu, walau kita tak ingin semuanya berlalu begitu saja.
Karena yang terpenting saat ini adalah kemenangan kita semua untuk dapat terbebas dari ancaman COVID-19.
Sehingga semua sendi kehidupan kita bisa kembali normal seperti sedia kala. Ekonomi kembali membaik. Dan kita semua bisa kembali berkumpul bersama.
Ayo kita lawan Corona. Patuhi dan ikuti anjuran pemerintah. Tetap jaga jarak. Tetap di rumah aja. Rutin cuci tangan dan pakai masker.
Semoga kita semua bisa melewati masa sulit ini. Dan semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.
Bertahan untuk melawan, kepedulian adalah senjata utama
Selasa, 14 April 2020 20:12 WIB