Lhokseumawe (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Malikussaleh menyebutkan secara astronomis perigee dengan dibarengi gerhana bulan total (GBT) dapat memberikan peningkatan ketinggian muka air laut di wilayah Indonesia, termasuk di wilayah pesisir pantai bagian timur Aceh, termasuk Kota Lhokseumawe.
Kepala BMKG Stasiun Malikussaleh Siswanto di Lhokseumawe, Rabu, mengatakan selain akibat dari faktor astronomis, secara meteorologis (dinamika atmosfer) di sekitar wilayah perairan pesisir timur aceh berpotensi gelombang tinggi yang diprakirakan mencapai dua hingga 2,5 meter.
"Potensi gelombang tinggi ini dipengaruhi oleh hembusan angin dari arah selatan - barat laut yang terus-menerus mencapai kecepatan hingga 20 knot atau setara 37 kilometer per jam, sehingga akan memicu peningkatan kenaikan tinggi muka air laut," katanya.
Menurut Siswanto, secara dominan kombinasi dari kedua faktor tersebut, maka dapat menyebabkan banjir pasang gelombang air laut dan potensi banjir rob.
"Potensi ini diperkirakan hingga dua hari ke depan, di mana potensi gelombang tinggi dapat mencapai tiga meter dan masih akan terjadi hingga memasuki akhir bulan Mei 2021," sebutnya.
BMKG mengimbau masyarakat terutama yang bermata pencarian dan beraktivitas di pesisir atau pesisir pantai dan pelabuhan agar meningkatkan kewaspadaan sebagai upaya mitigasi terhadap potensi bencana rob dan gelombang tinggi.
"Meski demikian, kejadian pasang surut ini tidak identik maksimal pengaruhnya saat puncak GBT nanti malam, dikarenakan beberapa karakteristik fisik dari masing masing pesisir pantai," katanya.
Secara umum, kata Siswanto, GBT akan berpengaruh terhadap kondisi di bumi, khususnya kenaikan tinggi gelombang pasang air laut termasuk pasang surut air laut.
Siswanto menjelaskan, GBT yang terjadi pada 26 Mei 2021 adalah fenomena super blood moon, di mana posisi antara matahari-bumi-bulan dalam kondisi sejajar pada bidang orbitnya.
Pada posisi bulan berada pada umbra bumi pada saat puncak gerhana bulan total akan terlihat dengan ukuran lebih besar dan berwarna merah, kata Siswanto.
"GBT ini dapat disaksikan oleh masyarakat dengan mata telanjang atau tanpa bantuan alat atau kaca mata khusus gerhana jika kondisi cuaca di sekitar kita cerah hingga cerah berawan," kata Siswanto.
Menurut dia, efek secara langsung adanya fenomena GBT ini adalah efek kombinasi antara gravitasi bulan dan matahari terhadap pasang surut air laut yang kita kenal dengan istilah pasang laut purnama atau spring ride.
"Bisa jadi puncak GBT sudah selesai namun kenaikan pasang gelombang laut bisa terjadi sebelum atau beberapa jam kemudian setelah GBT berakhir," pungkas Siswanto.
Pasang purnama landa Lhokseumawe, ini penjelasan BMKG
Rabu, 26 Mei 2021 19:56 WIB