Aceh Tamiang (ANTARA) - Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs Alhudri MM beserta jajarannya melakukan perjalanan jauh melewati jalanan berdebu dan bebatuan hingga menerobos jalanan setapak di tengah perkebunan kelapa sawit serta menaiki perahu untuk menyeberangi sungai menuju daerah pedalaman Kabupaten Aceh Tamiang.
Rombongan Disdik Aceh yang dipimpin langsung Kadisdik Aceh meninjau sejumlah sekolah pelosok Aceh Tamiang, yaitu SMA Negeri 1 Bandar Pusaka, SMA Negeri 1 Sekerak dan SMA Negeri 1 Tamiang Hulu.
Alhudri begitu bersemangat ingin melihat langsung kondisi pendidikan serta berjumpa para guru dan siswa yang berada di daerah pelosok.
Ia juga terkenang memori saat menjadi Camat di Samar Kilang, sebuah daerah pedalaman Kabupaten Bener Meriah.
Semua itu dilakukan sebagai upaya membangun pendidikan berkualitas dari pelosok negeri.
Alhudri bercita-cita melakukan perubahan di sektor pendidikan melalui pemerataan mutu pendidikan di seluruh Aceh, sehingga lulusan SMA, SMK dan SLB mampu bersaing di tingkat nasional bahkan internasional.
Salah satu sekolah yang paling jauh dikunjungi Kadisdik Aceh yaitu SMA Negeri 1 Sekerak. Tak mudah jalan menuju ke sekolah yang terletak di Desa Sulum. Orang nomor 1 di Disdik Aceh harus menaiki motor melewati berbagai rintangan, mulai jalanan bebatuan dan berlumpur hingga jembatan gantung menyeberangi sungai.
Kadis Alhudri mengajak semua pihak agar memiliki tekad yang sama untuk memajukan pendidikan. Targetnya, para lulusan sekolah yang diterima di perguruan tinggi terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun.
"Saat ini kita sudah mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah. Namun, wabah COVID-19 masih ada di muka bumi ini. Kami ingatkan agar penerapan protokol kesehatan jangan diabaikan," ujarnya.
Alhudri berharap agar pembelajaran tatap muka dapat terus berjalan, diperlukan upaya pencegahan terhadap penyebaran COVID-19, yaitu dengan penerapan protokol kesehatan dan mempercepat proses vaksinasi bagi guru dan siswa.
"Alhamdulillah, sudah mulai terlihat hasil dari ikhtiar vaksinasi yang kita lakukan, saat ini jumlah orang yang terpapar COVID-19 mulai menurun di Aceh. Hal itu dapat dilihat dari data yang dipaparkan tim Satgas COVID-19 setiap harinya," tuturnya.
Hampir tiga jam Alhudri memompa semangat para guru dan siswa yang berada di sana. Ia mengapresiasi ketekunan dan kegigihan para guru dan tenaga kependidikan yang mengajar di SMA Negeri 1 Sekerak.
"Bapak dan Ibu gurunya sudah bersemangat. Adik-adik juga harus lebih semangat sekolahnya ya. Karena kita sudah memiliki fasilitas yang memadai disini. Di Pameu, Aceh Tengah, anak-anak harus belajar di Balai Desa untuk bisa bersekolah," tuturnya penuh semangat.
Kadisdik berharap agar lulusan SMA Negeri 1 Sekerak untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai itu, para guru diminta untuk dapat mengembangkan inovasi dalam pembelajaran serta melakukan pembinaan guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
"Kami kesini untuk merasakan, apa yang telah dirasakan guru-guru kami yang mengajar di pelosok. Kita memiliki cita-cita yang sama untuk meningkatkan mutu pendidikan Aceh," ujarnya di hadapan para guru.
Sementara SMA Negeri 1 Sekerak memiliki 3 rombongan belajar dengan jumlah siswa 60 orang yang berasal dari tiga desa. Saban hari para siswa harus berjalan sekitar 5 hingga 10 kilometer untuk menuju sekolah. Jalanan berdebu dikala musim kemarau dan berlumpur di saat musim hujan, bahkan banjir sudah biasa mereka lalui.
Tak kalah hebat, setiap hari para guru yang mengajar di sana, selain harus menyeberangi motornya dengan rakit kayu, mereka juga harus mengendarai motor untuk menuju sekolah, karena medan jalan yang dilalui juga sangat curam yang hanya bisa dilewati kendaraan roda dua.
“Jalan ini kalau hujan sering banjir dan berlumpur, jika musim panas jalannya berdebu. Kadang guru yang tinggal di seberang sungai tidak bisa lewat kalau hujan dan harus berhati-hati karena sangat licin,” kata Bachtiar, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Aceh Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang yang ikut mendampingi Kadisdik Alhudri, Jumat (8/10).
Kacabdin Aceh Tamiang mengapresiasi semangat dan perjuangan para guru di daerah terpencil dalam mengajar dan membimbing para siswa agar lulus ke perguruan tinggi dan diterima di industri, dunia usaha dan dunia kerja.
"Tentu tidak sama perjuangan antara guru yang berada di perkotaan dan daerah terpencil. Materi pembelajaran yang diajarkan juga harus disesuaikan dengan kemampuan siswanya," ungkapnya.
Meski demikian, Kabupaten Aceh Tamiang secara umum memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik, hal tersebut terlihat dari jumlah lulusan yang berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri semakin meningkat setiap tahunnya.
"Ini semua berkat kerjasama yang baik antara para guru dengan kepala sekolah. Sedangkan Cabdin hanya mendorong penguatan program pendidikan melalui Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) untuk menuju Aceh Carong," ungkapnya.