Akademisi: Sektor perikanan Indonesia punya nilai tawar tinggi di ASEAN
Kamis, 8 Juni 2023 20:21 WIB
Namun tantangannya, lanjut dia, keanekaragaman yang tinggi ini juga memiliki kerentanan yang tinggi. Meski Indonesia memiliki banyak jenis ikan, namun populasinya lebih sedikit, dibandingkan negara sub tropis seperti di Eropa atau Amerika yang jenis ikan lebih sedikit tapi populasi dari setiap jenis lebih banyak.
“Tapi kita jenis (ikan) banyak tapi populasi masing-masing jenis sedikit. Ini jadi tantangan untuk menuju ke perikanan yang berkelanjutan atau sustainable fishery,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, tak ayal jika disebutkan kondisi perairan Indonesia saat ini banyak yang sudah kelebihan tangkap atau populasi ikan di kawasan laut tersebut sudah berkurang. Kondisi ini juga dihadapi oleh negara lain di ASEAN, baik yang masuk ke wilayah perairan Samudera Hindia maupun Pasifik.
Baca juga: KKP gandeng institusi pendidikan di Aceh untuk ahli kasus perikanan
Kendati demikian, Indonesia memiliki posisi kuat untuk memimpin isu perikanan yang berkelanjutan. Tentunya dengan melakukan praktek penangkapan perikanan yang ramah lingkungan, menghindari adanya penangkapan ilegal, penangkapan tidak diatur dan penangkapan tidak dilaporkan (llegal, Unreported and Unregulated).
“Dan Indonesia mempunyai starting poin yang kuat untuk menajamkan itu, termasuk perikanan yang lintas negara, seperti ikan tuna, ikan tuna ini jadi hot issue perikanan global,” ujarnya.
Apalagi, kata dia, posisi Indonesia berada nomor dua setelah China terkait perikanan tangkap. China unggul karena teknologi yang dimiliki baik armada tangkap maupun kapal. Sedangkan Indonesia jauh dari China baik segi teknologi armada kapal maupun alat penangkapan.
“Tapi dengan teknologi biasa saja kita bisa nomor dua, berarti kita punya potensi tawar karena kita diapit oleh dua samudera besar ini,” ujarnya.
Ia berharap ke depan Indonesia bisa terus memperkuat sektor perikanan berkelanjutan dengan menyiapkan data base hasil tangkapan dengan baik. Karena, semua kebijakan diambil berbasis kajian ilmiah, dan kajian ilmiah harus didukung dengan data yang akurat.
“Perikanan kita menuju ke sana tapi belum sempurna. Pemerintah belum bisa mendata semua hasil tangkapan, baik dari nelayan skala besar maupun skala kecil. Ke depan penelitian dan pengembangan ini perlu ditajamkan lagi,” ujarnya.
Baca juga: KNTI Aceh minta pemerintah perhatikan nelayan yang terdampak perubahan iklim