Cut Fitri Yani menyebutkan, untuk tahun 2022 tercatat tiga kasus kematian ibu dan 23 kasus kematian anak, sementara pada tahun 2021 tercatat 14 kasus kematian ibu dan 16 kasus kematian anak.
"Kasus kematian ibu dan kematian anak pada tahun 2021 sangat tinggi yang diakibatkan karena pandemi COVID-19 melanda Indonesia, termasuk di Lhokseumawe," katanya.
Ia menjelaskan, penyebab kematian ibu salah satunya terjadi karena pre eklamsi, yang ditandai dengan hipertensi, protein urine tinggi, bahkan kejang yang terjadi selama kehamilan atau saat setelah melahirkan." katanya.
Pihaknya juga rutin melakukan edukasi-edukasi melalui kegiatan posyandu dan kelompok kelas ibu serta menganjurkan kepada ibu hamil untuk rutin memeriksakan kehamilannya ke posyandu dan puskesmas terdekat.
Baca juga: Soal revisi qanun Jinayat, DPRA temui Sekjen Kemendagri
Apalagi, lanjut dia, saat ini puskesmas di Kota Lhokseumawe telah menyediakan USG dengan tenaga dokter terlatih dan dilakukan pemeriksaan secara gratis.
"Dengan memeriksakan kehamilan secara rutin dan teratur, harapannya dapat mendeteksi secara dini semua faktor risiko dan dapat dilakukan intervensi secara cepat dan tepat," katanya.
Cut Fitri menambahkan, jumlah kasus kematian pada bayi tertinggi terjadi akibat berat badan lahir rendah (BBLR) atau BB di bawah 2.500 gram, yang rentan terkena infeksi maupun penyakit lainnya.
Anak yang lahir dengan berat badan rendah, juga berpotensi menyebabkan keterlambatan pertumbuhan maupun perkembangan anak apabila tidak diatasi dengan baik.
"Kami akan terus melakukan upaya deteksi secara dini mulai pendataan ibu hamil dan memberikan pelayanan Ante Natal Care (ANC) awal kehamilan pada ibu hamil agar dapat mencegah terjadinya kematian ibu dan anak di Kota Lhokseumawe," ujarnya.
Baca juga: Gerakan ibu mencari keadilan sebut Aceh darurat kekerasan seksual