Bagi Muhammadiyah, penambahan jumlah hari tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah telah menunjukkan komitmen yang tinggi pada implementasi konstitusi, terutama dalam konteks menjamin kemerdekaan warga negaranya untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Dengan demikian, maka tidak ada alasan bagi umat Islam untuk memandang perbedaan ini dengan sikap saling menyalahkan, apalagi merendahkan satu sama lain.
Menjalankan perintah agama dengan bingkai saling menghormati adalah wujud nyata dari implementasi ajaran dasar agama itu sendiri. Intinya, Muhammadiyah yang merayakan Idul Adha pada 28 Juni tidak menyalahi aturan Islam, demikian juga masyarakat lain yang mengikuti ketetapan Pemerintah sudah benar.
Perbedaan itu, jika dijadikan masalah, untuk saat ini biasanya diekspresikan lewat saluran media sosial. Maka, dari perbedaan Idul Adha kali ini harus menjadi pelajaran besar bagi semua pihak, khususnya umat Islam, untuk bijaksana dalam memanfaatkan media sosial, termasuk dalam interaksi sosial secara nyata.
Bagi umat Islam yang berafiliasi ke organisasi Nahdlatul Ulama (NU), saat ini tidak ada masalah karena ketetapannya yang menggunakan metode rukyatul hilal alias melihat Bulan langsung itu sama dengan keputusan Pemerintah.
Ketika perbedaan Idul Adha terakomodasi
Oleh Masuki M. Astro Senin, 26 Juni 2023 8:47 WIB