Banda Aceh (ANTARA) - Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) mengajak masyarakat Provinsi Aceh memaknai momentum peringatan Hari Ikan Nasional 2023 untuk lebih menggalakkan konsumsi ikan, apalagi menjadi salah satu upaya untuk pencegahan gagal tumbuh kembang anak atau stunting.
“Momentum Hari Ikan Nasional ini, KNTI mengajak masyarakat Aceh untuk mengonsumsi ikan, apalagi ikan ini juga dapat memberikan pencegahan kepada stunting,” kata Ketua KNTI Aceh Azwar Anas di Banda Aceh, Selasa.
Berdasarkan laporan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022, prevalensi stunting di Aceh sebesar 31,2 persen.
Kata Azwar, stunting merupakan persoalan nasional yang harus ditangani secara bersama. Tentunya salah satu peran masyarakat membangun kesadaran akan pentingnya mengonsumsi ikan, yang kaya manfaat dan bergizi tinggi.
Konsumsi ikan, lanjut dia, penting untuk terus-menerus dikampanyekan, karena sangat bermanfaat pertumbuhan anak. Termasuk mengonsumsi berbagai produk hilirisasi atau olahan perikanan.
“Stunting ini isu nasional, mudah-mudahan masyarakat kita rajin mengonsumsi ikan maka dapat mencegah terjadinya stunting pada anak,” katanya.
Di sisi lain, Azwar menambahkan, momentum peringatan Hari Ikan Nasional ini juga menjadi evaluasi bagi pemerintah untuk terus melahirkan program-program yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan, terutama nelayan tradisional di seluruh Tanah Air.
Apalagi, lanjut dia, saat ini persoalan perubahan iklim menjadi momok yang dapat menyebabkan menurunnya hasil tangkapan nelayan. Maka diharapkan pemerintah memiliki strategi dalam mengatasi fenomena perubahan iklim tersebut.
“Ini harus ada strategi dari pemerintah untuk mitigasi perubahan iklim ini yang sangat dirasakan oleh nelayan, yang berakibat kepada kurangnya hasil tangkapan nelayan, dengan kurang hasil tangkapan nelayan, maka otomatis kesejahteraan nelayan semakin menurun,” ujarnya.
Sebelumnya, Akademisi Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala (USK) Prof Nur Fadli menyebut perairan laut Aceh masuk dalam wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 571 dan 572 dengan potensi sumber daya perikanan sebesar 423,41 ribu ton per tahun.
Kawasan sumber perikanan tangkap tersebut tersebar di perairan wilayah Aceh dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh hingga 2022, jumlah nelayan perikanan tangkap di Aceh berjumlah 80.689 orang.
“Aceh secara potensi tidak bisa diragukan lagi, kita memiliki banyak sekali potensi perikanan. Ada 18 kabupaten/kota di Aceh yang merupakan wilayah pesisir,” ujarnya.
Namun, produksi perikanan Aceh masih belum optimal. Produksi perikanan tangkap di wilayah Tanah Rencong pada 2021 baru mencapai 283 ribu ton per tahun.
“Artinya yang masih kita manfaatkan sekitar 70 persen. Sebenarnya masih bisa kita tingkatkan lagi,” ujarnya.
Baca juga: KKP ajak masyarakat lestarikan sumber daya perikanan