Kata Prof Widodo, gerakan nasional 1.000 startup digital ini merupakan upaya perwujudan untuk mencapai Indonesia emas tahun 2045 seiring dengan besarnya potensi ekonomi digital di tanah air.
Hal itu berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain & Company, menyebutkan ekonomi digital Indonesia dihitung berdasarkan gross merchandise value (GMV) tumbuh 22 persen sekitar 77 miliar dolar AS pada 2022.
"Diprediksi akan terus berkembang menjadi 360 miliar dolar AS pada tahun 2030. Era saat ini sudah beralih dari penjualan di tempat-tempat fisik menjadi jualan di dunia maya. Dan itu tidak mengenal batas," katanya.
Dirinya juga menuturkan, Gernas ini sudah berjalan pada 2016 sejak pertama kali dicetuskan, dan hingga saat ini telah memberikan dampak terhadap kehadiran 1.400 startup di seluruh Indonesia dari 100 ribu pendaftar.
"Apabila bangsa Indonesia memberikan angka yang positif maka sesuai yang diramalkan oleh para ahli di berbagai belahan dunia, Indonesia akan menjadi empat besar negara bangsa yang modern dan maju di dunia pada 2045," ujar Prof Widodo.
Dalam kesempatan ini, Regional Operational Manager Gerakan 1.000 Startup Digital Sumut, Denny menjelaskan gerakan tersebut tercetus setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke Silicon valley, California.
Kota kecil di California yang luasnya setengah dari Kota Medan itu mampu menghasilkan produk domestik bruto (PDB) 20 kali lipat dari Kota Medan.
"Padahal wilayahnya cuma setengah dari Kota Medan, tapi PDB-nya 20 kali lipat. Inilah yang menginspirasi pemerintah untuk transformasi digital," katanya.
Dirinya menjelaskan, Gernas 1.000 startup digital ini merupakan program pembinaan berkesinambungan dan end-to-end yang terbagi menjadi enam tahapan, yakni ignition, networking, workshop, hacksprint, bootcamp, dan incubation.
"Sejak digagas, Gernas ini telah berdampak terhadap 1.400 startup baru, 4.000 peluang pekerjaan tetap, 20 ribu kesempatan kerja bagi pekerja lepas, dan 826 ribu pengguna startup," demikian Denny.
Baca juga: Ini kunci perusahaan rintisan bertahan