Banda Aceh (ANTARA) - Tim Pusat Riset Ilmu Kelautan dan Perikanan (PRKP) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh resmi memiliki aplikasi Artificial Intelligence Coral Monitoring (AICOM) yang berbasis AI atau kecerdasan buatan untuk mengukur pertumbuhan transplantasi karang dan persentase tutupan karang.
“AICOM ini menjadi suatu inovasi yang strategis, mengingat luasnya kawasan terumbu karang di perairan Indonesia,” kata Ketua Tim PRKP USK Haekal A Haridhi S Kel MSc PhD di Banda Aceh, Senin.
Ia menjelaskan, aplikasi AICOM lahir atas dasar upaya pendataan terumbu karang yang belum optimal, baik di wilayah Aceh maupun daerah lain di Indonesia, karena keterbatasan sumber daya keahlian maupun dari sisi teknis.
Kata dia, inovasi AICOM jadi solusi untuk penilaian secara cepat terkait tingkat pertumbuhan dan persentase tutupan karang, yang dapat memberikan lebih dari 50 persen efisiensi penilaian ekosistem dan tingkat pertumbuhan karang transplantasi.
Aplikasi AICOM dapat mendeteksi tingkat pertumbuhan karang transplantasi, dan persentase tutupan karang untuk survei ekosistem, dan juga dapat membedakan antara karang dan yang bukan karang.
“Sistem ini sudah tersedia secara online, didukung penuh USK untuk menyediakan domain dan sistemnya. Sudah bisa diakses semua pihak secara gratis,” ujarnya.
Selama ini, dia menjelaskan, pengambilan data terumbu karang dilakukan secara manual, yakni penyelam harus mengambil data dengan metode tertentu, kemudian memasukkan data gambar terumbu karang yang diambil dalam komputer.
Selanjutnya, penyelam atau peneliti menganalisis data dan mengisi sampel dari setiap gambar secara manual, satu per satu. Cara kerja ini membutuhkan waktu berhari-hari untuk mendapatkan hasil, mulai dari persentase tutupan karang, karang hidup dan karang mati hingga data jenis serta bentuk dari terumbu karang.
Padahal, lanjut dia, proses rutin tersebut bisa dikerjakan melalui bantuan AI, dengan cara mengunggah data berupa gambar-gambar terumbu karang yang telah diambil ke sistem AICOM, kemudian dianalisis dan langsung mendapatkan hasilnya.
“Satu foto itu bisa langsung dapatkan hasil dalam satu menit, kalau ada 50 foto kita upload, maka 50 menit sudah selesai. Akurasinya juga tunjukkan langsung di dalam gambar itu, sejauh ini kami dapat 99 persen hasilnya betul, baik ukurannya dan juga deteksi untuk ekosistemnya,” ujarnya.
Pengembangan aplikasi AICOM didanai oleh Kemdikbud Ristek melalui Dana Padanan atau Matching Fund Kedaireka 2023. Pengembangan aplikasi AICOM juga didukung oleh Pusong Diving Club (PDC), Ocean Diving Club USK (ODC), Bappeda Abdya dan Dinas Kelautan dan Perikanan Abdya.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kemitraan, dan Bisnis USK Prof Taufiq berharap PRKP USK di bawah binaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) USK terus berbenah dan berkembang untuk menjadi salah satu Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI-PT) pada bidang kelautan dan perikanan di Indonesia.
Apalagi saat ini, lanjut dia, USK sedang berpacu untuk menuju World Class University, serta peningkatan dampak pada Sustainable Development Goal (SDGs), yang salah satunya SDG 14 yaitu life below water.
“USK selalu mendukung berbagai kegiatan yang dapat menunjang tercapainya World Class University,” ujarnya.
Baca juga: Pulau Pusong Abdya berpotensi jadi pusat pembibitan karang