2022 menjadi salah satu tahun paling mematikan dalam sejarah pergerakan maritim pengungsi Rohingya di Asia Tenggara, dengan 348 orang, termasuk anak-anak, tewas atau hilang secara tragis.
Selama puluhan tahun warga Rohingya mengalami penderitaan ekstrem di Myanmar.
Mereka tidak mendapatkan status kewarganegaraan dan tidak dibolehkan mengakses layanan kesehatan, pendidikan dan kesempatan kerja. Kehidupan mereka dibatasi dalam kamp dan desa serta, selain menjadi sasaran kekerasan ekstrem.
Mitra menegaskan pengungsi Rohingya sebenarnya tidak ingin meninggalkan Myanmar.
"Kebanyakan pengungsi Rohingya mengaku kepada UNHCR bahwa mereka berharap bisa pulang ke Myanmar jika kondisinya memungkinkan," pungkas Mitra.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: UNHCR: pengungsi Rohingya tangguh, tak berniat eksploitasi Indonesia