"Semoga para delegasi dapat memberikan penampilan terbaik mereka, apalagi kegiatan itu akan disaksikan langsung Menteri Pendidikan," kata Kepala Balai Bahasa Aceh (BBPA) Umar Solikhan, di Banda Aceh, Kamis.
Sebagai informasi, BBPA telah menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat provinsi pada 18-19 November. Acara tersebut melibatkan 216 siswa SD dan SMP yang merupakan penutur bahasa Aceh dan Gayo.
Dari total 216 peserta, akhirnya terpilih 24 delegasi yang menjadi juara pertama pada ragam lomba seperti tembang tradisi, baca puisi, pidato, mendongeng, stand-up komedi, dan menulis cerpen dalam bahasa Aceh serta Gayo.
Umar menyampaikan, FTBI merupakan bagian dari program revitalisasi bahasa daerah yang diinisiasi BBPA untuk melestarikan bahasa Aceh dan Gayo yang saat ini tergolong rentan punah.
"Program revitalisasi bahasa daerah ini telah berlangsung selama dua tahun di Aceh dengan fokus pada bahasa Aceh dan Gayo," ujarnya.
Baca: Balai Bahasa: FTBI 2024 untuk memotivasi generasi muda lestarikan bahasa ibu
Baca: Balai Bahasa: FTBI 2024 untuk memotivasi generasi muda lestarikan bahasa ibu
Ia menuturkan, revitalisasi bahasa yang dilakukan tahun ini mencakup penutur muda bahasa Aceh di wilayah Aceh Besar, Banda Aceh, dan Pidie dan penutur muda bahasa Gayo di wilayah Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues.
Kegiatan revitalisasi ini masih akan dilanjutkan tahun depan dengan cakupan wilayah program yang juga terus diperluas.
“Kami berencana menambah dua kabupaten atau kota lagi. Namun, keputusan apakah tetap fokus pada bahasa Aceh dan Gayo atau melibatkan bahasa daerah lainnya masih dalam tahap diskusi,” katanya.
Adapun 24 delegasi yang akan menampilkan kebudayaan lokal Aceh di kancah nasional nantinya yaitu 12 siswa SD dan SMP penutur bahasa Aceh yakni Nazla Inara Akifa dan Fathiya Nurul Jannah (lagu jameun/tembang tradisi), Iffah Nur Shobah dan Dewi Safriani (hadih/baca puisi).
Kemudian, Inayah Cahaya Fonna dan Jamhur (pidatoe), Eljarisa dan Cut Maulina Rahman (buhak), M. Faris Iqbal dan Sulaiman (mendongeng/meucagoek), Uzda Thahira dan Hayatun Nufus (calitra paneuk/cerpen).
Selanjutnya, 12 siswa SD dan SMP penutur bahasa Gayo yakni Qori Syifa Ussalami dan Taim Parendi (jangin/tembang tradisi), Akifa Misya dan Hayfa Ufayrah Azka (baca puisi), Husna Dien Nabilah dan Mutiara Ayu (pedato).
Lalu, Putri Al Khansa dan Nur Aini (kekeberen), Ilham Fikri dan Murhaban Temangar (seni berakah/komedi tunggal), serta Fatin Yani Anwar dan Syifa Salsabila (cerita singket/cerpen).