Pelayanan kesehatan sulit dijangkau masyarakat miskin
Ketua Yayasan Blood For Life Foundation (BFLF) Aceh, Michael Octaviano, menyoroti pelayanan kesehatan di Aceh masih terpusat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin di Banda Aceh.
Akibatnya, masyarakat miskin di berbagai daerah Aceh terutama yang menderita penyakit kronis seperti kanker, leukemia, gagal ginjal, dan thalasemia banyak yang enggan berobat karena tidak punya biaya untuk ongkos perjalanan dan akomodasi selama berada di Ibu Kota Banda Aceh.
“Ini sangat menyulitkan masyarakat karena jarak tempuh yang begitu panjang, membuat kondisi daya tahan masyarakat itu yang sudah sakit menjadi lemah. Yang kedua, biaya transportasi, biaya akomodasi, biaya makan juga yang membuat masyarakat menjadi enggan untuk bisa melakukan pengobatan,” kata Michael.
Baca juga: Paslon gubernur klaim anggaran PPA kurang maksimal di Aceh, benarkah?
Selain itu, lanjut Michael, kondisi ini juga akan berdampak pada pekerjaan pendamping pasien, yang seringkali harus mengambil cuti atau berhenti bekerja karena terpaksa bolak-balik ke Banda Aceh untuk menemani pasien berobat.
“Itu tidak sedikit yang berhenti bekerja atau diberhentikan juga akhirnya kan ekonomi keluarga terganggu,” kata Michael.
Di samping itu, anak-anak yang harus menjalani pengobatan jangka panjang pun terpaksa sering absen dari sekolah yang berakibat pada ketertinggalan pelajaran. Bahkan, mereka sering merasa minder dan menjadi korban perundungan yang membuat mereka putus sekolah.
"Kondisi ini sangat tidak adil bagi mereka. Anak-anak ini sudah harus menghadapi penyakit, tetapi juga kehilangan kesempatan pendidikan," tegas Michael.
Sebagai informasi, Michael melalui Yayasan BFLF Aceh mengoperasikan rumah singgah untuk membantu masyarakat fakir miskin dari daerah yang membutuhkan penginapan selama berobat di RSUD Zainoel Abidin.
Namun, kapasitas rumah singgah terbatas dan sering kali harus menerima lebih banyak pasien dari kapasitas yang ideal.
“Rumah singgah ini seharusnya hanya dapat menampung 8 pasien, tetapi sering kali harus menampung hingga 13 pasien karena tingginya kebutuhan,” katanya.
Baca juga: Perempuan dan anak Aceh belum sepenuhnya terlindungi
Karena itu, Michael mengatakan pembangunan RS regional seperti yang dijanjikan Mualem-Dek Fadh sangat mendesak agar masyarakat miskin di wilayah terpencil yang jauh dari Banda Aceh bisa segera mendapatkan pelayanan terbaik tanpa perlu khawatir lagi dengan biaya.
“Nah inilah akses-akses yang selama ini terpusat, yang tidak bisa di sentral. Sangat mendukung sekali kalau memang program itu bisa dibuat sehingga bisa memperpendek. Yang kedua, aktivitas kehidupan, ekonomi, keluarga juga bisa berlangsung,” demikian Michael.
*Konten ini merupakan bagian dari program fellowship cek fakta Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
Baca juga: AJI Banda Aceh buka posko liputan dan cek fakta Pilkada Aceh