Banda Aceh (ANTARA) - Kalangan pelaku usaha rokok di Aceh menyatakan produksi hasil olahan tembakau tersebut terus meningkatkan dalam tiga tahun terakhir menyusul meningkatkan konsumen dari berbagai daerah di provinsi ujung barat Indonesia.
"Rokok yang kami produksi dalam tiga tahun terakhir meningkatkan. Peningkatan ini karena semakin banyaknya peminat rokok yang kami produksi," kata Amiruddin, pemilik usaha Haba Rokok, di Aceh Besar, Sabtu.
Haba Rokok merupakan usaha pelintingan rokok di Gampong Lambeugak, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar. Usaha ini masih berskala industri rumahan. Rokok yang diproduksi masuk manual, menggunakan tangan.
Baca juga: Petani tembakau dukung investor bangun pabrik rokok di Aceh
Amiruddin mengatakan usaha pelintingan rokok tersebut mulai dirintis pada 2021 dengan produksi awal hanya 2.000 batang per hari dengan pekerja enam orang dari warga sekitar.
"Awal-awalnya, tidak terlalu banyak karena rokok yang kami produksi belum dikenal. Rokok yang kami produksi jenis kretek. Promosi yang kami lakukan melalui media sosial, spanduk, dan lainnya. Promosi juga tidak terlalu intens," katanya.
Seiring perjalanan waktu, kata dia, Haba Rokok mulai dikenal masyarakat, sehingga produksi terus meningkatkan pada tahun kedua meningkatkan menjadi 6.000-an per batang, dan kini mencapai 20 ribuan per batang.
Sedangkan pekerja di awal produksi enam orang, terus bertambah menjadi 10 orang. Kini, Haba Rokok mempekerjakan 18 orang, terdiri 14 orang sebagai pelintingan dan empat orang di bagian pengepakan.
"Wilayah pemasaran hampir di semua kabupaten kota di Aceh. Pasar yang belum kami masuki hanya Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, di dua daerah itu belum ada agen kami," kata Amiruddin.
Baca juga: Gubernur harap investor percepat pembangunan pabrik rokok di Aceh
Menyangkut bahan baku, Amiruddin menyebutkan dipasok dari petani tembakau setempat. Kawasan Lambeugak merupakan sentra produksi tembakau di Kabupaten Aceh Besar. Di daerah tersebut ada sekitar 250 petani tembakau dengan total lahan mencapai 150 hektare.
"Kami memasok hampir 70 persen tembakau petani dari daerah ini. Total tembakau yang dihasilkan petani di sini mencapai dua ton per sekali panen. Tembakau yang dihasilkan petani di Lambeugak, termasuk hang terbaik," katanya.
Terkait dengan kendala usaha, Amiruddin mengatakan ada di permodalan. Dukungan permodalan dari perbankan tidak ada sama sekali karena terbentur regulasi yang tidak memperbolehkan usaha rokok mendapat pinjaman bank.
"Seperti KUR, kami tidak dapat meminjamnya. Kami berharap ada dukungan perbankan maupun pembiayaan lainnya dalam mengembangkan usaha rokok. Walau usaha ini masih industri rumahan, kami bisa mempekerjakan belasan orang," kata Amiruddin.
Baca juga: Bea Cukai Banda Aceh gagalkan peredaran 524 ribu batang rokok ilegal