Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Pengembangan minat dan pembinaan prestasi olahraga terus meningkat di Provinsi Aceh dalam beberapa tahun terakhir ini.
Puncak prestasi olahraga provinsi berjuluk Serambi Mekkah ini diawali dengan keberhasilan para atletatnya menempati peringkat ke-17 pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 di Jawa Barat dengan meraih 8 medali emas, 7 medali perak dan 9 medali perunggu.
Menurut KONI Aceh, itu merupakan capaian prestasi terbaik sepanjang sejarah keikutsertaan Aceh pada PON sejak pertama digelar 1948 di Surakarta.
Kegiatan olahraga masyarakat dan upaya pembinaan prestasi kembali berdenyut di "Tanah Rencong" setelah? berakhirnya konflik politik dan bersenjata antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah RI yang ditandai dengan kesepakatan perjanjian damai atau MoU Helsinki 15 Agustus 2005.
S elain itu dunia olahraga Aceh juga bangkit dari keterpurukan setelah provinsi di ujung timur itu ilanda bencana dasyat gempa bumi disusul tsunami pada tangga; 26 Desember 2004, yang merengut banyak nyawa termasuk sejumlah atlet potensial dan berprestasi dari daerah ini.
Olahraga Aceh terus menggeliat, mulai suksesnya pelaksanaan pekan olahraga Aceh (PORA) XII/2014 di Kabupaten Aceh Timur.?
Pagelaran olahraga masyarakat, pelajar dan mahasiswa dilaksanakan oleh berbagai klub, organisasi, lembaga swasta, Perbankan, perguruan tinggi serta lembaga pemerintah di provinsi ini.
Bahkan dalam setahun terakhir Aceh kian menunjukkan kebangkitan dalam olahraga setelah berhasil terpilih menjadi tuan rumah bersama penyelenggara PON XXI/2024 Aceh - Sumut pada bidding (lelang) tuan rumah PON, 24 April 2018.
Upaya dan semangat menggerakkan olahraga dan prestasi menjadi perhatian Pemerintah Aceh melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh yang pada setiap peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) memberikan penghargaan kepada pelaku olahraga dan atlet berprestasi.
Pada peringatan Haornas ke-35 pada 9 September 2018 Pemerintah Aceh mengingat kembali jasa pelaku olahraga dan atlet yang berprestas dan menjadikannya momentum tersebut untuk menjaga konsistensi kebangkitan olahraga Aceh.
Menurut Sekretaris Umum KONI Aceh, M Nasir perkembangan olahraga Aceh dalam empat tahun terakhir ini mulai terlihat sejak persiapan Porwil Sumatera dan Pra PON 2015, Aceh mengikutkan lebih banyak atlet dan cabang olahraga.
"Para atlet yang disertakan adalah mereka yang berhasil pada kejuaraan tingkat nasional, internasional dan PORA XII/ 2014 di Aceh Timur," sebutnya.
Nasir mengungkapkan, pada Porwil tersebut peringkat Aceh lebih baik, demikian pula pada Pra-PON? Aceh kembali membukukan lebih banyak medali emas dibanding Pra PON 2011.
Hasil itu dilanjutkan pemusatan latihan daerah (Pelatda) PON dengan atlet yang memiliki kualifikasi baik, sehingga PON XIX/2016 di Jawa Barat, Aceh berhasil meraih 8 medali emas, 7 perak, 9 perunggu berada di posisi 17 dari 34 provinsi.
Tuan rumah PON
Atas dasar prestasi itu, sebutnya, Provinsi Aceh melalui KONI Aceh mendaftarkan diri sebagai calon tuan rumah PON XXI/2024 bersama Sumatera Utara dan berhasil memenangkan penunjukkan sebagai tuan rumah PON.
Banyak manfaat bagi Aceh sebagai tuan rumah PON, yaitu selain mendorong pertumbuhan pembangunan ekonomi juga? menjad icap positif bagi Aceh yang baru belasan tahun lalu terlepas dari situasi konflik bersenjata.
Menurutnya, dengan adanya PON akan banyak orang datang ke Aceh dan melihat sendiri kondisi aman daerah ini.
Dari sisi prestasi, tuan rumah memiliki target tersendiri dalam perolehan medali dan rangking pada PON tersebut.
"Sudah tentu kita akan menyiapkan lebih banyak atlet untuk mengikuti seluruh cabang yang dipertandingkan. Target kita bisa masuk 10 besar PON XXI/2024," ucapnya.
Kecuali itu, sejak 2017 KONI Aceh langsung fokus persiapan menuju PON XX/2020 Papua dengan melaksanakan Pelatda desentralisasi bagi atlet peraih medali PON XIX/2016 ditambah atlet potensial.
Program itu dilanjutkan di 2018 dengan menyiapkan atlet melalui Pelatda sentralisasi dan desentralisasi.
Setelah melihat hasil evaluasi pada 2018, akan lebih banyak atlet Pelatda sentralisasi pada 2019 guna persiapan menuju Porwil Bengkulu dan pra kualifikasi PON Papua.
"KONI Aceh berharap pada tahun depan Pelatda dapat dilakukan sejak Februari. Target kita, 15 besar dengan perolehan 12 medali emas di PON Papua," ujarnya.
KONI Aceh yang dinakhodai Muzakkir Manaf dalam kesempatan kegiatan dan even olahraga kerap menyampaikan pembinaan harus terus lebih baik dan atlet Aceh harus meraih prestasi terbaik di tingkat nasional dan international.
Bahkan demi mengangkat harkat dan martabat olahraga Aceh, memenangkan pengajuan sebagai tuan rumah PON, Muzakkir Manaf yang akrab disapa Mualem menyebutkan upaya tersebut diperjuangkan dengan gigih.
Sikap serupa juga ditunjukkan oleh Wakil Gubernur Nova Iriansyah yang saat itu sebagai ketua pemenangan pengajuan sebagai tuan rumah bersama PON Aceh - Sumut.
Aceh sudah sangat siap menggelar pesta olahraga nasional yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali
Respon Pemerintah Aceh terhadap pengembangan dan peningkatan prestasi olahraga kian nyata dengan memasukkan dalam program Aceh Teuga atau Aceh Kuat.
"Terpilih menjadi tuan rumah PON menjadi suatu kebanggaan bagi dunia olahraga Aceh. Berbagai persiapan sudah bisa dilakukan sejak dari sekarang," ujar Kadispora Aceh, Darmansah.
Untuk itu, kin banyak kejuaraan nasional (Kejurnas) dilaksanakan di Aceh menjadi ajang yang baik untuk mendukung kesiapan sebagai tuan rumah PON pada 2024.
"Tahun ini sudah dilaksanakan Kejurnas sepakbola PPLP Juli lalu, Kejurnas Karate PPLP awal agustus lalu. Popwil Sumatera, digelar 22 - 27 Oktober," jelasnya.
Dispora dan KONI Aceh juga mendukung Kejurnas catur yang digelar 10 - 17 Oktober di Banda Aceh, Kejurnas Petanque mahasiswa yang digelar di Unsyiah, Darussalam, 17 - 23 September.
"Makin banyak Kejurnas di Aceh makin bagus untuk meraih prestasi," ujar Darmansah.
PORA
Bukan hanya gelaran nasional yang berlangsung beruntun di Aceh tahun ini, akan tetapi Kabupaten Aceh Besar pun saat ini lagi serius menyiapkan diri sebagai tuan rumah PORA XIII yang akan digelar 18 - 25 November 2018 yang dipusatkan di Jantho.
Bupati Aceh Besar Mawardi Ali bertekad menjadikan PORA XIII yang terbaik dari PORA sebelumnya. Mengusung target sukses penyelenggara dan prestasi meraih juara umum.
Semarak olahraga di provinsi paling ujung timur di nusantara ini bukan hanya pada adu prestasi melainkan juga diramaikan dengan kegiatan olahraga rekreasi dan kesehatan, seperti s enam jantung sehat, jalan santai dan gowes atau sepeda sehat dan santai.
Olahraga bagaikan sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat daerah ini, setiap hari Minggu pagi di lapangan Blang Padang, Banda Aceh digelar senam jantung sehat yang pengikutnya terus bertambah. Termasuk joging untuk kebugaran jasmani.
Setiap pagi dan petang di berbagai lapangan terlihat warga melakukan aktivitas olahraga untuk menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani.
Keterlibatan masyarakat berolahraga terus dilakukan pemerintah melalui program dari daerah sendiri dan pusat. Seperti gala desa program dari Kemenpora untuk kegiatan olahraga masyarakat.
"Gala desa merupakan program Kemenpora yakni pertandingan sejumlah cabang olahraga bagi masyarakat desa di seluruh kabupaten/kota di Indonesia dengan batasan usia di bawah 16 tahun," jelas Kadispora Aceh Besar, Ridwan Jamil.
Tujuannya, selain sebagai hiburan bagi masyarakat desa, melalui gala desa diharap? muncul talenta olahraga potensial dari desa. "Di Aceh Besar kita akan menggelar even ini awal Oktober," katanya.
Pentingnya olahraga yang terpatrikan dengan adanya Haornas 9 September yang merupakan tanggal pelaksanaan PON pertama 9 September 1948 di Surakarta, mengusung semangat perjuangan Bangsa Indonesia.
Haornas 2018 iringi kebangkitan olahraga Aceh
Minggu, 9 September 2018 16:50 WIB
Sudah tentu kita akan menyiapkan lebih banyak atlet untuk mengikuti seluruh cabang yang dipertandingkan. Target kita bisa masuk 10 besar PON XXI/2024