Meulaboh (Antaranews Aceh) - Aktivitas nelayan di Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat masih terganggu oleh material pecahan batu gajah yang menyumbat mulut muara jalur lintasan armada nelayan ke pelabuhan pendaratan.
Tokoh nelayan Samatiga, M Sidiq, di Meulaboh, Rabu, mengatakan, kondisi tersebut sudah berlangsung lama sehingga setiap hari nelayan terpaksa membongkar hasil tangkapan di lepas pantai, kemudian berenang ke pelabuhan.
"Bongkar tong ikan jatuhkan ke air, kemudian kami dorong ke pingir sambil berenang agar bisa sampai ke pelabuhan. Kapal motor di atas 10 GT memang tidak masuk lewat muara karena ada batu - batu gajah yang tidak dibersihkan," katanya.
Sementara untuk armada dengan ukuran di bawah 5 Gross Tonage (GT) masih bisa melewati muara tersebut, namun dengan bantuan dorongan dari pasang air laut atau mengikuti hempasan gelombang ke pantai hingga terdorong lewat muara.
Sidiq menyatakan, selama ini kondisi pendangkalan muara tersebut juga diperparah dengan sedimentasi dari kedua belah sisi tanggul di mulut muara, kemudian sepanjang aliran sungai sampai ke pelabuhan juga sangat dangkal.
Kedalaman air di jalur lintasan armada nelayan menuju Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) diperkirakan 50 centimeter hingga 1 meter, ketika pasang surut, maka kapal tidak bisa masuk, bila pun dipaksa maka akan kandas tertahan di bawah jembatan.
"Semua perahu setelah masuk lewat muara terus melewati bawah jembatan, yang paling dangkal di situ. Kalau kapal di atas 10 GT memang tidak bisa masuk, kapal kecil saja sering kandas," ujarnya.
Ketua pemangku adat laut kabupaten (panglima laot) Aceh Barat, Amiruddin, mengemukakan, organisasi nelayan telah mengajukan beberapa kali permohonan untuk pengerukan sekaligus pembersihan material batu gajah di muara itu.
"Memang setiap hari kondisinya seperti itu, nelayan membongkar tangkapan di lepas pantai karena tidak bisa masuk. Tidak mengetahui kapan ada upaya perbaikan mulut muara ini agar tidak lagi menjadi masalah bagi nelayan," katanya.
Selain material bebatuan, di muara yang dangkal tersebut juga terdapat sisa - sisa kontruksi armada nelayan yang pernah hancur dihempas gelombang karena bangkai kapal atau kontruksi kayu tidak bisa dievakuasi ke darat.
Sebelumnya Kabid Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Barat, Mahli, menyatakan, telah direncanakan pembangunan tanggul pengaman sekaligus upaya pengerukan muara tersebut pada tahun anggaran 2019.
Pecahan batu gajah di muara mengganggu aktivitas nelayan
Rabu, 6 Februari 2019 14:24 WIB