Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Tauhid adalah pegangan pokok dan suatu hal yang sangat menentukan bagi kehidupan manusia, yang merupakan landasan bagi setiap amal yang dilakukan oleh seorang hamba.
Menurut tuntunan Islam, hanya dengan tauhid yang akan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti.
Dengan tauhid meyakini Allah SWT satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Dalam hal Rububiyyah-Nya, meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta semua makhluk, pemberi rezeki, pengatur seluruh alam, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya dari hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan Allah, kemudian mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, dan menetapkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya wajib dan mustahil yang dimiliki-Nya.
Kebutuhan manusia untuk bertauhid sungguh jauh berada di atas kebutuhan mereka terhadap makanan, minuman atau tempat tinggal.
Kalau seseorang tidak makan atau minum, akibat terburuk yang dialami hanyalah sekedar kematian. Namun, kalau seseorang tidak bertauhid kapan dan dimana saja, dan pada saat itu dia meninggal dunia dalam keadaan musyrik, maka siksaan yang kekal di neraka sudah siap menantinya.
Demikian antara lain disampaikan Dr Tgk Syamsul Bahri MAg (Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (20/2) malam.
"Kapan saja, siapa saja muda dan tua, dimana saja, sejak lahir setiap detik sepanjang hidup sampai mati, dalam kondisi miskin dan kaya setiap saat membutuhkan tauhid. Jika ajaran Islam yang lain seperti ibadah shalat, puasa, zakat, sedekah dan amal saleh lainnya ada waktu jeda sejenak, tapi tauhid tidak satu detik pun ditinggalkan," ujar Tgk Syamsul Bahri pada pengajian yang dipandu moderator Tgk H Rahmadon Tosari Fauzi, MEd PhD.
Menurutnya, termasuk di saat tidur sekalipun, ketika di kamar mandi, saat bekerja dan berbagai aktivitas dunia lainnya, tauhid kepada Allah haruslah tetap menyertai selalu dalam kehidupan dan tak boleh terputus.
Bahkan, ibadah saja bisa diterima hanya dengan adanya tauhid di dalamnya. Jika terdapat noda-noda syirik, maka batallah amal ibadah tersebut dan berbagai amal saleh dan kebaikan menjadi sia-sia dalam pandangan Allah.
Dengan tauhid juga akan menempatkan Allah di atas segala-galanya, apa yang sudah, sedang dan akan terjadi itu semua atas kehendak Allah semata, tidak selalu mengagungkan ilmu pengetahuan.
"Tauhid bisa membawa kita mencapai sesuatu yang tidak bisa dicapai secara logika manusia dan ilmu pengetahuan serta teknologi secanggih apapun. Kita bisa lihat, pasca tsunami di Aceh tidak ada yang stress karena tauhidnya kuat bahwa semua itu karena kehendak Allah semata. Begitu juga dalam berbagai musibah lainnya, banyak orang Aceh yang menerimanya dengan ikhlas karena tauhidnya kepada Allah," jelas Tgk. Syamsul Bahri.
Diungkapkanya, tidak demikian yang terjadi di daerah dan negara lain yang mereka selalu menyadarkan apa yang terjadi menurut logika manusia, kepintaran, ilmu pengetahuan dan teknologi semata, tanpa menyertainya dengan tauhid kepada Allah.
"Kita bisa melihat di Jepang misalnya, mereka itu baik-baik orangnya dan bijak, sopan santun, beretika dan adab serta yang tinggi yang tinggi, tapi tidak ada tauhidnya. Sehingga, meski sudah berbuat berbagai kebaikan tapi sia-sia, mereka tidak bisa menerima kenyataan ketika tertimpa suatu musibah dan masalah dalam hidupnya. Karena tidak kuat tekanan hidup, orang di Jepang itu sampai bunuh diri," ungkapnya.
Bahkan, tercatat dalam 10 tahun terakhir ini angka bunuh diri di Jepang itu sangat tinggi. Dalam setahun mencapai 1.000 orang bunuh diri atau tiga orang bunuh diri dalam satu hari. Ini tidak terjadi di Aceh, karena sedikit-sedikit bersandar pada tauhid sehingga masalahnya cepat selesai dan dilupakan dengan solusi agama.
Tgk Syamsul Bahri juga mengajak generasi milenial sekarang dengan berbagai kecanggihan teknologi informasi, jangan mengabaikan tauhid untuk kebutuhan utama dalam hidupnya.
"Dalam berbagai zaman, utamakan tauhid. Mengagungkan Allah itu kebutuhan kita hambanya, dengan mengenal Allah, kita akan mengenal diri sendiri. Kita perlu mengenal Allah dengan sifat wajibnya yang wujud, wujud yang qidam, qidam yang baqa dan seterusnya," terangnya.
Ini penting, karena ancaman di era digital ini mengabaikan tauhid. Ketika ada orang yang menyampaikan suatu kebenaran terkadang menjadi hambar dengan dunia milenial dan teknologi informasi.
"Harus kita akui, terkadang kebenaran ajaran Islam mulai tergerus oleh IT. Bahkan, kita umat Islam tanpa sadar juga ikut-ikutan, merendahkan, menyepelekan dan membully ketika ada orang-orang saleh dan orang beriman menyampaikan kebenaran agama, hanya karena perbedaan pilihan politik dan kepentingan dunia sesaat lainnya, dan sesama muslim pun menjadi mudah untuk saling menyerang dan bermusuhan, ini harus segera kita sadari dan akhiri," pungkasnya.
Bertauhid sebagai kebutuhan setiap saat
Kamis, 21 Februari 2019 23:43 WIB