Banda Aceh (ANTARA) - Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tenggara Asbi mengatakan daerahnya mengalami kekurangan pupuk urea subsidi di tengah Pemerintah Aceh sedang menggalakkan petani untuk menanam jagung.
"Kendala kita masalah pupuk urea, kalau memang pupuk urea tercukupi standar maka hasil panen kita lebih dari sembilan ton per hektare," kata di Banda Aceh, Sabtu.
Dia menyebutkan pemerintah setempat memang memprioritaskan pengembangan komoditas jagung ketimbang padi. Tercatat Aceh Tenggara memiliki luas lahan jagung 19.879 hektare, sedangkan padi hanya 8.562 hektare.
Kata dia, dalam 13 bulan petani jagung Aceh Tenggara bisa menanam tiga kali, dengan hasil panen mulai delapan hingga sembilan ton per hektare dalam sekali masa panen, yang harga jual mulai Rp4.000 hingga Rp4.500 per kilogram.
"Pada tahun 2019 kita mendapat alokasi pupuk (subsidi) sebanyak 4.500 ton, dan tahun ini kita dapatkan 5.600 ton pupuk. Itu kita peruntukkan untuk jagung dan padi, itu jauh masih kurang kalau kita kalikan dengan luas lahan kita," katanya.
Kepala Bidang Sarana Prasarana Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh Fakhrurrazi mengatakan Aceh Tenggara memang mengajukan pupuk subsidi 100 persen sesuai Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), namun pemerintah pusat hanya memenuhi 37,40 persen dari RDKK.
"Jadi makanya akan terjadi kekurangan. Iya (alokasi pupuk subsidi) hampir seluruh kabupaten/kota di Aceh tidak sampai 100 persen (dari RDKK)," katanya.
Menurut dia, pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan RI mungkin tidak memiliki anggaran yang cukup untuk mensubsidi pupuk secara penuh, sehingga alokasinya pun tidak sesuai dengan yang dibutuhkan daerah.
"Kalau banyak uangnya mungkin bisa gratis pupuk, atau kuotanya bisa dinaikkan (alokasinya) menjadi 80 persen (dari RDKK)," katanya.