Banda Aceh (ANTARA) - Kepala Bank Indonesia Provinsi Aceh Achris Sarwani menyatakan Kota Banda Aceh memberi andil bagian besar terhadap pembentukan inflasi Provinsi Aceh.
“Hasil asesmen kami dari tiga kota pantauan inflasi di Aceh, menunjukkan bahwa Kota Banda Aceh memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan inflasi Aceh,” katanya di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Rabu.
Pernyataan itu disampaikanya dalam High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah se-Aceh pada Triwulan I – tahun 2021 yang dibuka Asisten II Setda Aceh, Mawardi.
Ia menjelaskan pola inflasi Aceh memiliki kesamaan dengan pola inflasi yang terjadi di Kota Banda Banda Aceh.
Ia mengatakan peran TPID Kota Banda Aceh sangat strategis dalam mengendalikan inflasi di Banda Aceh, karena akan berdampak signifikan terhadap angka inflasi Aceh.
“Selama ini kami melihat koordinasi TPID Banda Aceh dengan Bank Indonesia berjalan dengan baik dan intens,” katanya.
Berdasarkan kota pantauan inflasi di Aceh yakni Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Meulaboh, level inflasi tertinggi terjadi di Kota Lhokseumawe yakni sebesar 3,06 persen kemudian disusul kota Meulaboh 2,73 persen dan Kota Banda Aceh 2,33 persn.
“Dalam 2 tahun terakhir, Kota Meulaboh menjadi kota yang paling tinggi inflasi tahunannya. Namun sejak 2021, posisi Kota Meulaboh digantikan oleh Kota Lhokseumawe,” katanya.
Menurut dia di awal tahun 2021, faktor cuaca yang kurang baik mempengaruhi aktivitas produksi masyarakat, terutama nelayan, sehingga pasokan barang kebutuhan di Aceh terganggu.
Ia menyebutkan hingga bulan Februari 2021, laju inflasi Aceh menurut tahun kalender (ytd) tercatat sebesar 0,13 persen, sedangkan secara tahunan (yoy) berada pada level 2,59 persen, atau berada di atas rata-rata inflasi nasional yang sebesar 1,38 persen.