Lhokseumawe (ANTARA Aceh) - Pemerintah Kabupaten Aceh Utara menyatakan siap menampung keberadaan muslim Rohingya, Myanmar, selamanya bila para pengungsi itu tidak diterima negara ketiga.
Bupati Aceh Utara H Muhammad Thaib pada acara halal bi halal dengan para relawan di Shelter Rohingya Blang Adoe, Kecamatan Kuta Makmur, Rabu menyatakan, pemerintah wajib membantu dan menolong para pengungsi etnis Rohinya itu.
Sebagai sesama manusia ia merasa berkewajiban untuk menolong sesama yang sedang mengalami kesulitan di negaranya.
"Kita wajib membantu sesama manusia yang sedang mengalami musibah tidak boleh memandang suku, agama dan ras," ujar Muhammad Thaib.
Siapapun yang sampai di wilayah Aceh Utara, kata Muhammad Thaib, tetap ditolong, karena warga Aceh pernah mengalami masa-masa sulit saat konflik dulu, yang kini dirasakan oleh warga Rohingnya yang ditindas di negara sendiri, sehingga harus keluar dari negara mereka.
Saat ini, kata dia, Pemerintah Aceh sudah menyediakan lahan seluas 5 hektare untuk pembangunan shelter dengan 120 kamar yang di tempati oleh 300 lebih pengungsi Rohingya, sementara warga Banglades ditampung di gedung bekas kantor Imigrasi Kota Lhokseumawe.
Tempat tersebut juga dibangun layaknya komplek yang sudah dilengkapi berbagai sarana, seperti kamar mandi dan air bersih yang memadai, sarana belajar bagi anak-anak, serta tempat ibadah seperi mushala.
"Saat ini para pengungsi sudah menempati shelter yang dibangun di komplek yang telah selesai dibangun, sudah disiapkan berbagai fasilitas yang dibutuhkan," tambahnya.
Bupati juga meminta supaya santri dayah untuk mengajar di komplek tersebut agar jiwa pendidikan agama tetap menjadi perhatian penting kepada para para pengungsi.
Bupati Aceh Utara H Muhammad Thaib pada acara halal bi halal dengan para relawan di Shelter Rohingya Blang Adoe, Kecamatan Kuta Makmur, Rabu menyatakan, pemerintah wajib membantu dan menolong para pengungsi etnis Rohinya itu.
Sebagai sesama manusia ia merasa berkewajiban untuk menolong sesama yang sedang mengalami kesulitan di negaranya.
"Kita wajib membantu sesama manusia yang sedang mengalami musibah tidak boleh memandang suku, agama dan ras," ujar Muhammad Thaib.
Siapapun yang sampai di wilayah Aceh Utara, kata Muhammad Thaib, tetap ditolong, karena warga Aceh pernah mengalami masa-masa sulit saat konflik dulu, yang kini dirasakan oleh warga Rohingnya yang ditindas di negara sendiri, sehingga harus keluar dari negara mereka.
Saat ini, kata dia, Pemerintah Aceh sudah menyediakan lahan seluas 5 hektare untuk pembangunan shelter dengan 120 kamar yang di tempati oleh 300 lebih pengungsi Rohingya, sementara warga Banglades ditampung di gedung bekas kantor Imigrasi Kota Lhokseumawe.
Tempat tersebut juga dibangun layaknya komplek yang sudah dilengkapi berbagai sarana, seperti kamar mandi dan air bersih yang memadai, sarana belajar bagi anak-anak, serta tempat ibadah seperi mushala.
"Saat ini para pengungsi sudah menempati shelter yang dibangun di komplek yang telah selesai dibangun, sudah disiapkan berbagai fasilitas yang dibutuhkan," tambahnya.
Bupati juga meminta supaya santri dayah untuk mengajar di komplek tersebut agar jiwa pendidikan agama tetap menjadi perhatian penting kepada para para pengungsi.