Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyampaikan vaksinasi dan disiplin menerapkan protokol kesehatan masih sangat efektif untuk mencegah penularan COVID-19, termasuk varian omicron.
"Meningkatkan imunitas sebagai upaya mencegah penularan COVID-19, termasuk omicron. Kita masih bisa mengandalkan dari vaksinasi, tapi harus disertai dengan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan)," ujar Dicky Budiman kepada ANTARA di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan, setidaknya saat ini dunia telah melacak empat subvarian omicron, yakni BA.1, BA.1.1, BA.2, dan BA.3. Dari empat versi itu, subvarian BA.2 yang lebih menular daripada BA.1.
Selain vaksinasi, Dicky juga mengatakan pengetatan pintu masuk negara hingga pengetatan antarwilayah di dalam negeri juga penting dilakukan untuk mempersempit ruang gerak virus agar tidak menyebar.
"Untuk mencegah setiap apapun itu varian COVID-19, prinsipnya sama, yakni menerapkan pengetatan pintu masuk negara hingga antarwilayah. Kita harus bisa mempersempit ruang virus agar tidak menyebar," kata Dicky yang juga peneliti Global Health Security di Center for Environment and Population Health, Griffith University, Australia, itu.
Selain itu, lanjut dia, untuk mencegah penyebaran varian-varian COVID-19, termasuk omicron, juga harus dapat meningkatkan sistem pengawasan genomik atau genomic surveillance.
"Kalau bicara varian harus ada genomic surveillance yang memadai," ucapnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyampaikan pasien yang memiliki komorbiditas dan belum mendapat vaksinasi lengkap adalah korban terbesar dari COVID-19.
Ia mengatakan, pemerintah terus berjuang keras untuk mencegah lebih banyak lagi korban yang terjadi, salah satunya dengan mendorong vaksinasi.
Ia menyampaikan, vaksinasi terbukti secara ilmiah mampu mengurangi risiko kesakitan dan kematian akibat terinfeksi COVID-19.
Sementara itu berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 per 20 Februari 2022, jumlah penerima vaksin dosis pertama telah mencapai 189.646.917 jiwa.
Sementara jumlah warga Indonesia yang telah menerima dosis vaksin secara lengkap mencapai 140.301.087 orang.