Meulaboh (ANTARA Aceh) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Barat Provinsi Aceh terus melakukan pembinaan terhadap produsen atau pengrajin minyak kelapa untuk mendorong peningkatan kesejahteraan mereka.
Kepala Bidang Perindustrian dan Perdagangan pada Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Pemkab Aceh Barat Cut Titi Herawati Rahmah di Meulaboh, Kamis, mengatakan saat ini industri rumah tangga minyak kelapa di Desa Alue Bagok, Kecamatan Arongan Lambalek, mulai bangkit setelah mendapat perhatian pemerintah.
"Pascatsunami Aceh, kelompok usaha produsen minyak kelapa ini dibina oleh NGO, kemudian mereka vakum karena faktor bahan baku dan modal usaha terbatas. Tapi saat ini mesin usaha mereka telah kita hidupkan kembali," katanya.
Dia menjelaskan sebelumnya kelompok usaha pengolah minyak buah kelapa di kawasan itu menggunakan mesin dengan menggunakan tenaga kerja kelompok, tapi kemasan yang mereka buat kurang menarik perhatian konsumen.
Kemudian terjadi kenaikan harga bahan baku buah kelapa dan persaingan harga minyak mentah mempengaruhi aktivitas masyarakat pengolah minyak buah kelapa itu sehingga pada 2012 usaha tersebut mulai vakum.
Saat ini, kata Cut Titi Herawati Rahmah, meskipun belum merambah pasar luas, akan tetapi produksi minyak kelapa masyarakat itu menjadi bahan konsumsi masyarakat, bahkan usaha itu menampung tenaga kerja warga sekitar.
"Saat ini produsen itu menerima olahan kelapa dari masyarakat sekitar dan mereka yang memproduksi menjadi minyak mentah. Produksi mereka pernah kita tampilkan pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) sebagai karya anak bangsa,"sebutnya.
Lebih lanjut, dikatakannya, sebuah penelitian sudah membuktikan bahwa minyak buah kelapa lebih rendah kandungan kolestrol ketimbang minyak curah maupun minyak kemasan yang diproduksi oleh perusahaan besar dengan bahan baku kelapa sawit.
Akan tetapi seiring perkembangan kebutuhan masyarakat yang ingin lebih praktis, membuat usaha masyarakat kecil tergusur, baik karena kesulitan mendapat bahan baku maupun tingkat kualitas produk yang di bawah standar.
Karena itu, kata Cut Titi, Pemkab Aceh Barat akan terus memberdayakan produsen minyak kelapa sebagai sebuah usaha yang produktif dan berkelanjutan dengan mengupayakan pasar maupun bentuk kemasan yang lebih baik.
"Terhadap aturan pemerintah yang baru terkait minyak curah, itu juga akan menjadi perhatian kita sosialisasikan. Nantinya minyak produksi masyarakat ini tidak lagi dalam bentuk curah, tapi juga kemasan atau botol," sebutnya.
Produksi minyak dari buah kelapa yang dihasilkan oleh masyarakat di seputar Kecamatan Arongan Lambalek sebutnya, saat ini bukan hanya untuk konsumsi dapur, tapi juga untuk pengobatan herbal.
Selain menyerap masyarakat bekerja sebagai pengolah bahan baku kelapa, adanya home industri minyak kelapa di kawasan itu dapat menjadi proyek percontohan untuk pengembangan usaha minyak kelapa secara luas di Aceh Barat.
Hanya saja saat ini produksi mereka masih skala rumah tangga sehingga belum mampu memenuhi permintaan pasar apabila hasil olahan mereka dilirik oleh pengusaha atau penampung.
"Dalam sepekan ke depan kami berencana turun ke sana untuk gebrakan produksi perdana, ke depan pembinaan dan pengawasan akan terus dilakukan sehingga bisa tetap produktif," kata Cut Titi.
Kepala Bidang Perindustrian dan Perdagangan pada Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Pemkab Aceh Barat Cut Titi Herawati Rahmah di Meulaboh, Kamis, mengatakan saat ini industri rumah tangga minyak kelapa di Desa Alue Bagok, Kecamatan Arongan Lambalek, mulai bangkit setelah mendapat perhatian pemerintah.
"Pascatsunami Aceh, kelompok usaha produsen minyak kelapa ini dibina oleh NGO, kemudian mereka vakum karena faktor bahan baku dan modal usaha terbatas. Tapi saat ini mesin usaha mereka telah kita hidupkan kembali," katanya.
Dia menjelaskan sebelumnya kelompok usaha pengolah minyak buah kelapa di kawasan itu menggunakan mesin dengan menggunakan tenaga kerja kelompok, tapi kemasan yang mereka buat kurang menarik perhatian konsumen.
Kemudian terjadi kenaikan harga bahan baku buah kelapa dan persaingan harga minyak mentah mempengaruhi aktivitas masyarakat pengolah minyak buah kelapa itu sehingga pada 2012 usaha tersebut mulai vakum.
Saat ini, kata Cut Titi Herawati Rahmah, meskipun belum merambah pasar luas, akan tetapi produksi minyak kelapa masyarakat itu menjadi bahan konsumsi masyarakat, bahkan usaha itu menampung tenaga kerja warga sekitar.
"Saat ini produsen itu menerima olahan kelapa dari masyarakat sekitar dan mereka yang memproduksi menjadi minyak mentah. Produksi mereka pernah kita tampilkan pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) sebagai karya anak bangsa,"sebutnya.
Lebih lanjut, dikatakannya, sebuah penelitian sudah membuktikan bahwa minyak buah kelapa lebih rendah kandungan kolestrol ketimbang minyak curah maupun minyak kemasan yang diproduksi oleh perusahaan besar dengan bahan baku kelapa sawit.
Akan tetapi seiring perkembangan kebutuhan masyarakat yang ingin lebih praktis, membuat usaha masyarakat kecil tergusur, baik karena kesulitan mendapat bahan baku maupun tingkat kualitas produk yang di bawah standar.
Karena itu, kata Cut Titi, Pemkab Aceh Barat akan terus memberdayakan produsen minyak kelapa sebagai sebuah usaha yang produktif dan berkelanjutan dengan mengupayakan pasar maupun bentuk kemasan yang lebih baik.
"Terhadap aturan pemerintah yang baru terkait minyak curah, itu juga akan menjadi perhatian kita sosialisasikan. Nantinya minyak produksi masyarakat ini tidak lagi dalam bentuk curah, tapi juga kemasan atau botol," sebutnya.
Produksi minyak dari buah kelapa yang dihasilkan oleh masyarakat di seputar Kecamatan Arongan Lambalek sebutnya, saat ini bukan hanya untuk konsumsi dapur, tapi juga untuk pengobatan herbal.
Selain menyerap masyarakat bekerja sebagai pengolah bahan baku kelapa, adanya home industri minyak kelapa di kawasan itu dapat menjadi proyek percontohan untuk pengembangan usaha minyak kelapa secara luas di Aceh Barat.
Hanya saja saat ini produksi mereka masih skala rumah tangga sehingga belum mampu memenuhi permintaan pasar apabila hasil olahan mereka dilirik oleh pengusaha atau penampung.
"Dalam sepekan ke depan kami berencana turun ke sana untuk gebrakan produksi perdana, ke depan pembinaan dan pengawasan akan terus dilakukan sehingga bisa tetap produktif," kata Cut Titi.