Meulaboh (ANTARA Aceh) - Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh mengeluarkan buku muzakarah ulama berkenaan dengan pelaksanaan hukum syariat guna membuka wawasan ummat Islam dalam menyikapi perbedaan (khilafiah) dalam beribadah.
Lounching buku muzakarah ulama Aceh ini berlangsung Sabtu petang di Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tengku Dirundeng Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, di hadiri sejumlah unsur SKPA, unsur muspida, Forkopimda akademisi, Ormas, LSM, tokoh agama dan tokoh masyarakat daerah itu.
"Kita berharap dengan adanya buku ini membuka wawasan semua orang menggali dalil dan argumentasi ulama berkenaan dengan Furu'iah Ijtihadiah, sehingga dengan adanya penjelasan kongkrit muncul sikap mau menerima perbedaan," kata Kepala Dinas Syariat Islam Aceh Prof Dr H Syahrizal Abbas.
Didampingi Ketua STAIN Dr Syamsuar Basyariah, M.Ag dijelaskan, buku tersebut bukanlah karangan Pemerintah Aceh, namun semua itu hasil muzakarah ulama secara intelektual yang diterbitkan oleh Pemerintah Aceh, bukan sebagai kebijakan atau menjadi pegangan umat muslim.
Beberapa masalah krusial dibahas tentang ibadah syariat yang dipersoalkan masyarakat era saat ini tentang pengunaan tongkat saat khutbah Jum'at, adzan dua kali sebelum sholat Jum'at, serta sejumlah persoalan perbedaan paham pemikiran ulama (Furuiah Ijtihadiah) lainnya.
"Kita ingin semua orang nyaman beribadah, tidak ada klaim mengklaim, tidak perlu juga perbedaan disatukan, yang penting hormati dan hargai karena itu (Furu'iah Ijtihadiah) adalah masalah kecil, jadi yang diikut masyarakat apa yang sudah berlaku selama ini," tegasnya.
Selain itu pada kunjungan rombongan SKPA dari Provinsi Aceh ini juga meresmikan pencanangan desa Syariat, dimana Desa Ujong Drien Kecamatan Meureubo, Aceh Barat dinobatkan sebagai desa teladan/ percontohan pelaksanaan syariat islam di provinsi ujung barat Indonesia itu.
"Mudah-mudahan ini menjadi contoh bila ini berhasil akses kepada desa lain akan mengikuti, sehingga apa yang kita harapkan setelah magrib itu ada pengajian, tidak buka TV, ini akan terlaksana di Aceh," kata Kepala Badan Pembinaan Pendidikan Dayah Aceh Dr Bustami Usman menambahkan.
Disela-sela meresmikan perpustakaan Masjid Ujong Drien Mureubo disampaikan, sebagian kriteria desa syariat adalah desa yang betul-betul melaksanakan aktivitas sesuai syariat, seperti Mengaji Ba'da Magrib (mengaji sesudah magrib), semua toko dan rumah tutup saat magrib, masyarakat sholat berjamaah, tidak boleh menonton TV sampai selesai waktu sholat Isya dan menghidupkan sholat lima waktu berjamaah.
Sebelumnya rombongan tersebut juga mengadakan acara silaturrahmi dengan masyarakat di Kecamatan Arongan Lambalek, kunjungan tersebut rencana awalnya dihadiri Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah, agenda pejabat Aceh ini didampingi Wakil Bupati Aceh Barat Rachmad Fitri HD bersama cipita akademika STAIN TD Meulaboh.
Lounching buku muzakarah ulama Aceh ini berlangsung Sabtu petang di Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tengku Dirundeng Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, di hadiri sejumlah unsur SKPA, unsur muspida, Forkopimda akademisi, Ormas, LSM, tokoh agama dan tokoh masyarakat daerah itu.
"Kita berharap dengan adanya buku ini membuka wawasan semua orang menggali dalil dan argumentasi ulama berkenaan dengan Furu'iah Ijtihadiah, sehingga dengan adanya penjelasan kongkrit muncul sikap mau menerima perbedaan," kata Kepala Dinas Syariat Islam Aceh Prof Dr H Syahrizal Abbas.
Didampingi Ketua STAIN Dr Syamsuar Basyariah, M.Ag dijelaskan, buku tersebut bukanlah karangan Pemerintah Aceh, namun semua itu hasil muzakarah ulama secara intelektual yang diterbitkan oleh Pemerintah Aceh, bukan sebagai kebijakan atau menjadi pegangan umat muslim.
Beberapa masalah krusial dibahas tentang ibadah syariat yang dipersoalkan masyarakat era saat ini tentang pengunaan tongkat saat khutbah Jum'at, adzan dua kali sebelum sholat Jum'at, serta sejumlah persoalan perbedaan paham pemikiran ulama (Furuiah Ijtihadiah) lainnya.
"Kita ingin semua orang nyaman beribadah, tidak ada klaim mengklaim, tidak perlu juga perbedaan disatukan, yang penting hormati dan hargai karena itu (Furu'iah Ijtihadiah) adalah masalah kecil, jadi yang diikut masyarakat apa yang sudah berlaku selama ini," tegasnya.
Selain itu pada kunjungan rombongan SKPA dari Provinsi Aceh ini juga meresmikan pencanangan desa Syariat, dimana Desa Ujong Drien Kecamatan Meureubo, Aceh Barat dinobatkan sebagai desa teladan/ percontohan pelaksanaan syariat islam di provinsi ujung barat Indonesia itu.
"Mudah-mudahan ini menjadi contoh bila ini berhasil akses kepada desa lain akan mengikuti, sehingga apa yang kita harapkan setelah magrib itu ada pengajian, tidak buka TV, ini akan terlaksana di Aceh," kata Kepala Badan Pembinaan Pendidikan Dayah Aceh Dr Bustami Usman menambahkan.
Disela-sela meresmikan perpustakaan Masjid Ujong Drien Mureubo disampaikan, sebagian kriteria desa syariat adalah desa yang betul-betul melaksanakan aktivitas sesuai syariat, seperti Mengaji Ba'da Magrib (mengaji sesudah magrib), semua toko dan rumah tutup saat magrib, masyarakat sholat berjamaah, tidak boleh menonton TV sampai selesai waktu sholat Isya dan menghidupkan sholat lima waktu berjamaah.
Sebelumnya rombongan tersebut juga mengadakan acara silaturrahmi dengan masyarakat di Kecamatan Arongan Lambalek, kunjungan tersebut rencana awalnya dihadiri Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah, agenda pejabat Aceh ini didampingi Wakil Bupati Aceh Barat Rachmad Fitri HD bersama cipita akademika STAIN TD Meulaboh.